Kathmandu –

Nepal telah lama berjuang melawan debu di Gunung Everest. Saat ini negara tersebut telah membatasi jumlah kunjungan ke gunung tertinggi di dunia tersebut.

Diberitakan Channel News Asia, Sabtu (5/4/2024), Mahkamah Agung Nepal memerintahkan pemerintah membatasi pemberian izin pendakian Gunung Everest dan puncak lainnya.

Keputusan tersebut dikeluarkan pada akhir April, namun rangkumannya baru dirilis pada pekan ini.

Pengacara Deepak Bikram Mishra, yang meminta pembatasan izin, mengatakan kepada AFP bahwa pengadilan menanggapi kekhawatiran masyarakat terhadap pegunungan Nepal dan lingkungan hidup.

“Pemerintah telah memerintahkan agar jumlah pendaki dibatasi dan diambil tindakan untuk mengelola limbah dan melindungi lingkungan pegunungan,” katanya.

Ringkasan keputusannya menyebutkan potensi gunung harus dihormati dan jumlah perizinannya harus disesuaikan.

Teks lengkap keputusan tersebut belum dipublikasikan dan ringkasannya tidak menentukan batasan spesifik mengenai jumlah izin yang diberikan.

Saat ini Nepal memberikan izin kepada pemohon dan bersedia membayar USD 11.000 atau Rp 175 juta untuk mendaki Everest.

Tahun lalu, Nepal mengeluarkan 478 izin kepada wisatawan untuk mendaki Everest. Tahun ini, Nepal mengeluarkan izin kepada 945 pendaki, termasuk 403 pendaki Everest.

Jumlah pendaki Gunung Everest seringkali dianggap remeh. Masuknya pendaki ke Everest pada tahun 2019 telah memaksa tim untuk menunggu berjam-jam di puncak dalam suhu yang sangat dingin, mengurangi kadar oksigen yang dapat menyebabkan penyakit dan kelelahan.

Sekitar empat dari 11 kematian tahun ini disebabkan oleh kepadatan penduduk.

“Kami memberikan banyak tekanan pada gunung tersebut dan sekarang kami harus menyerah,” kata Misha.

Pengadilan juga memerintahkan pembatasan penggunaan helikopter untuk penyelamatan darurat. Dalam beberapa tahun terakhir, helikopter sering digunakan untuk mengangkut kelompok pendaki ke pangkalan dan medan berbahaya.

Presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal Nima Nuru Sherpa mengatakan keputusan tersebut harus diambil setelah kajian dan konsultasi yang tepat dengan para pemangku kepentingan.

“Saat ini belum jelas bagaimana dampaknya terhadap bisnis. Kami tidak tahu mengapa batasan ini dibuat dan bagaimana distribusinya ke operator ekspedisi,” kata Nima.

“Fokus kami adalah pada apa yang bisa kami lakukan untuk melindungi pegunungan,” katanya. Tonton video Pemandangan rumah di Nepal hancur akibat gempa, 128 orang tewas (bnl/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *