Jakarta –
Menteri Luar Negeri dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan tanggung jawabnya atas kepulangan Prabowo Subianto dari Yordania ke Indonesia yang tercatat pindah ke Yordania pada tahun 1998.
Prabowo meninggalkan Jakarta ketika Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie mencopotnya dari jabatan Ketua Kostrad. Ia sempat tinggal sebentar di Amman, ibu kota Yordania sebelum kembali ke Indonesia.
Luhut mengatakan, Prabowo pernah mengunjunginya di Singapura pada tahun 2001. Saat itu Luhut masih menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Singapura.
“Setelah Prabowo berangkat ke Yordania, waktu itu kami tidak ada kontak. Saya duta besar, suatu sore, sekretaris Emily yang orang Singapura, ‘Hai Dubes, Anda ada tamu penting di Jakarta, Jenderal’. Siapa bilang, di sana tidak ada janji, kan?
Setelah itu, Luhut naik ke atas dan menemui Prabowo. Keduanya akan bertemu di sebuah restoran Jepang dan berbicara satu sama lain.
Di sana, Prabowo menyebut ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, sedang sakit. Namun, dia kesulitan kembali ke Indonesia karena paspornya akan segera habis masa berlakunya. Prabowo mencoba memperpanjang masa berlaku paspornya di Yordania namun gagal sebagai duta besar.
“Kami lagi makan. ‘Hei, ini Prof. Cum, kami panggil Pak Sumitro, agak sakit, agak berat. Tapi ini paspor saya, masa berlakunya akan habis, masa berlakunya akan segera habis. Saya mencoba menemui dengan Duta Besar di Yordania, tapi saya tidak pernah melihatnya,” Luhut mengulangi ucapan Prabowo.
Setelah itu, Luhut langsung mendatangi polisi imigrasi namun mendapat jawaban samar. Namun setelah dilakukan upaya, perpanjangan paspor Prabowo pun rampung.
Saya tanya (imigrasi), saya ini apa? Duta Besar. Duta Besar apa? Kewenangan penuh. Mewakili siapa? Pemerintah. Saya bilang, kasih paspor, untuk diperpanjang. Jadi kadang kita tidak berani mengambil keputusan, dan ada. banyak di pemerintahan. Meski keputusan sudah diambil untuk selamanya, paspor sudah dikeluarkan dan dia pergi,” ujarnya.
Ia membenarkan telah melaporkan hal tersebut kepada Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. “Saya juga lapor ke Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati. Nah, begitulah ceritanya,” tutupnya. (li/jam)