Jakarta –
Read More : Harga Emas Antam Hari Ini Jatuh!
Banyak warung makan Padang yang kini dimiliki oleh masyarakat Tegal. Seperti Aji misalnya, pemilik warung padang di Pamulang, Tangsel.
Warung makan khas Minang ini sudah ia buka sejak tahun 2000an. Berasal dari Tegal, tak ada alasan kuat mengapa ia memutuskan membuka warung makan Padang. Aji sudah lama bekerja di satu restoran Padang dan memilih membuka sendiri.
Itu karena dia selalu belajar masakan padang, tidak ada yang lain, ujarnya saat ditemui detikcom.
Menurutnya, dari segi bumbu, memasak masakan Padang tidak terlalu rumit. Karena bumbunya sama setiap hari, maka mudah dipelajari dan dibiasakan.
“Masakan Padang sebenarnya sederhana, sehari-hari bumbunya sama, menunya ada ayam, ikan, telur, sayur, lain-lain yang dibakar, gulai, rendang, goreng. , Saya juga (membuka warteg),” ujarnya.
Menurut Aji, tren warung makan padang milik orang Jawa bukanlah hal baru. Sebab, sejak tahun 1990-an, banyak rekannya yang berasal dari kampung Padang yang sama yang membuka warung makan meski berbeda pendapat.
Hal serupa juga diungkapkan Riri, pemilik warung makan Padang di kawasan Jagkarsa. Riri sendiri mengaku belajar masakan Padang saat bekerja di restoran Padang, namun pemiliknya adalah orang Jawa.
“Dulu suami saya kerja lebih lama, lalu saya, suami, dan saya sama-sama bekerja di tempat yang sama. Warung padang itu juga milik orang Jawa. Sudah lama,” ujarnya.
Oleh karena itu, membuka restoran padang bukanlah hal baru bagi masyarakat Tegal. Karena kejadiannya sudah lama sekali.
Tak mudah juga bagi Riri dan suaminya untuk mengadaptasi masakan padang yang mereka buat agar bisa diterima masyarakat. Tak hanya itu, ia juga mempelajari penataan masakan yang ditata di etalase warung makan khas Padang.
“Tadi kalau ada yang berkomentar, misalnya kurang asin, dan lain-lain, kita koreksi lagi. Jadi belajar, belajar semuanya. (Gaya makanan di etalase) itu cirinya. Warung Padang) .Jadi kamu juga menampilkannya.
Setelah belajar banyak tentang masakan Padang, Riri dan suaminya tidak pernah terpikir untuk membuka restoran. Ia tidak pernah menyangka bisa membuka warung makan sendiri.
“Saya sudah lama bekerja di Restoran Padang. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk membuka restoran sendiri. Tapi alhamdulillah setelah saya bergabung dan mengelolanya, saya punya keluarga dan modal, sekarang saya bisa membukanya sendiri, alhamdulillah, Terima kasih, setelah tiga tahun berjuang, saya bisa membuka usaha sendiri,” jelasnya.
Saat dihubungi terpisah, Alfian, pemilik warung Padang yang berasal dari Padang, mengaku saat ini ia juga kesulitan mencari petugas Padang. Jadi menurutnya tren warung padang menjadi salah satu penyebab mengapa yang masak bukan orang asli padang.
Alfian sendiri merupakan pengusaha warung makan Padang di Tangerang, Banten. Mereka sudah memiliki beberapa cabang warung makan Padang. Nah, di beberapa cabang dia tidak langsung memasak dan ikut campur, melainkan stafnya.
Sementara pegawai yang dimilikinya banyak yang bukan warga asli Padang. Dominan berasal dari Pulau Jawa atau Sunda. Bahkan Alfian sendiri mengaku tidak ada masalah jika karyawannya ingin membuka warung makan padang sendiri. Jadi menurutnya, hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa kini banyak warung makan Padang, padahal aslinya bukan dari Padang.
“Saya ada empat orang yang asli Padang. Tiga orang diantaranya orang Sunda dan Jawa. Apalagi mereka ibarat saudara sendiri, “Kalau dia mau buka sendiri, kami sediakan modalnya, asal jujur, tidak apa-apa,” jelasnya.