Jakarta –
Harga gula meningkat dan stok sedikit. Mahalnya harga gula terlihat di pasar tradisional dan toko atau pasar online.
Di toko online sendiri, berdasarkan pantauan detikcom, di dua e-commerce pada Sabtu (20/4/2024), harga gula pasir mencapai Rp 23.000 per kilogram (kg) untuk beberapa merek. Meski pemerintah telah melonggarkan harga acuan (HAP) menjadi Rp 17.500/kg.
Di warung @CM****** di toko online, gula pasir merek ‘Gulaku’ dijual dengan harga Rp 22.497/kg dan merek GMP seharga Rp 23.497. Ada pula kios lain yang menjual dengan harga kurang dari itu, misalnya merek Gulaku seharga 21.900/kg, sedangkan kios lain menjualnya dengan harga 18.500/kg.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Isya Karim mengatakan, hasil pemantauan SP2KP Kementerian Perdagangan hingga 20 April 2024 menunjukkan rata-rata harga gula pasir di pasar tradisional seluruh Indonesia sebesar Rp 18.200/kg.
“Harga relatif stabil dibandingkan bulan lalu,” ujarnya.
Menurut dia, kenaikan harga gula yang terjadi saat ini bersifat sementara karena akan memasuki musim giling tebu (Mei) dalam waktu dekat. Sehingga pasokan gula dari petani dalam negeri mulai masuk ke pasar.
“Stok gula saat ini disimpan untuk memenuhi kebutuhan satu setengah bulan ke depan. Oleh karena itu, stok yang ada saat ini diperkirakan akan mencukupi hingga memasuki musim giling tebu yang dimulai pada pertengahan Mei 2024 dan akan mencapai puncaknya. puncaknya pada Juli-Agustus 2024,” jelasnya.
Selanjutnya, berdasarkan pantauan tim Kementerian Perdagangan di beberapa pasar, harga gula pasir kemasan sebenarnya masih banyak ditawarkan dengan kisaran harga Rp18.000 hingga Rp20.000/kg.
“Tergantung merek yang ditawarkan dan lokasi fisik toko penjual, apakah dekat dengan pusat distribusi atau agak jauh dari titik distribusi,” jelasnya kepada Pengusaha Gula.
Sementara itu, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengungkapkan, kenaikan harga gula impor akibat kenaikan biaya pengiriman dan melemahnya nilai tukar rupiah hingga di atas Rp16.000 terhadap dolar AS menyebabkan harga gula naik.
Lalu penyebab yang kedua adalah saat ini produktivitas tebu mengalami penurunan, disamping itu faktor produksinya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, kenaikan Harga Acuan Pemerintah (HAP) diharapkan dapat membantu petani dalam memperoleh keuntungan.
“Apalagi produktivitas tebu saat ini diperkirakan akan menurun, padahal biaya usahatani meningkat. Oleh karena itu, biaya pokok produksi akan semakin tinggi. Dengan demikian, pelonggaran kenaikan tarif akan berdampak positif bagi petani tebu. ‘Harga gula akan naik dan gula akan naik. importir tidak akan menderita.’ , Pakar Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengatakan kepada Diticcom.
Yadi mengatakan, ketersediaan gula dalam negeri saat ini diperkirakan hanya mencukupi pada bulan Mei saja, artinya sangat tipis.
“Tetapi penugasan 296.000 ton Gula Kristal Putih (GKP) yang diimpor oleh ID Food akan datang atau sudah dimulai. Jadi diperkirakan tersedia cukup gula pada awal Juni yang kemudian akan dirakit di dalam negeri. PG-PG (Pabrik Gula) ) menggiling gula,” tutupnya.