Jakarta –
Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Budi Mulya membeberkan alasan Presiden Prabowo Subianto Anagata Nusantara (BP) mendirikan Badan Pengelola Penanaman Modal (Daantara). Badan ini nantinya mengelola sejumlah BUMN dengan aset besar.
Menurut Budi, Prabowo ingin Indonesia memiliki model pengelolaan investasi seperti negara lain seperti Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia.
“Ini mimpi Presiden Prabowo Subianto, keinginan mendalam untuk punya lembaga. Di Singapura namanya Temasek, di Malaysia namanya Khazanah, di China namanya CIC, di Uni Emirat Arab namanya Mubadala,” ujarnya. KAFEGAMA. Seminar Nasional di Menara. BTN, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2024).
Saat ini landasan hukum Dananta berupa Keputusan Presiden belum keluar. Namun, jika sudah beroperasi, Dhanantara diharapkan mampu membantu Prabowo mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.
Budi juga mengungkapkan Dhanantara akan menjadi mitra Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Maka secara fungsional, Dhanantara akan berperan sama dengan Kementerian BUMN.
“Ia juga menjalankan tugas yang sama dengan BUMN. Oleh karena itu, kita sebagai entitas ekonomi menyelesaikan produktivitas di berbagai sektor ekonomi,” kata Budi.
“Kami memahami Kementerian BUMN menguasai 40 BUMN yang masing-masing memiliki portofolio berbeda. Ada portofolio yang mengelola sektor riil, ada BUMN yang mengelola keuangan, dan ada Gimbara,” imbuhnya.
Pada tahap pertama, dana atau dana kelolaan (AUM) Danantara mencapai $10,8 miliar atau setara Rp170,62 triliun (kurs Rp15.799), menurut catatan detikcom yang berasal dari Investment Authority of Indonesia (INA). .
Langkah selanjutnya, 7 BUMN akan digabung dengan Dhanantara. Tujuh perusahaan milik negara: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) ). ) Tbk dan negara memegang MIND ID.
Danantara juga membawahi Lembaga Manajemen Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) yang merupakan dana kekayaan negara (SWF) Indonesia.
Jika konsolidasi tidak masuk akal, Dhanantara akan mengelola $600 miliar atau Rp 9,479 triliun. Lebih spesifiknya, aset Bank Mandiri Rp2,174 triliun, BRI Rp1,965 triliun, PLN Rp1,412 triliun, BNI Rp1,087 triliun, Telkom Indonesia Rp318 triliun, Rp2000 triliun Rp63.
(ily/fdl)