Jakarta –

Penjualan mobil di Indonesia anjlok. Industri otomotif sangat sensitif terhadap politik lembaga keuangan.

Hal tersebut diungkapkan Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Penjualan mobil pada tahun 2023 akan lebih rendah 4% dibandingkan tahun 2022.

“Kami telah melakukan banyak diskusi dengan bank-bank komersial, bank-bank, dan lain-lain. Salah satu masalah mendasarnya adalah ketika AS menaikkan suku bunga, dolar mengalir kembali ke AS. Begitu dolar mengalir keluar, kredit mengalir ke AS.” Kalau begitu, kredit bermasalah akan naik,” ujarnya saat berdiskusi tentang solusi mengatasi stagnasi pasar mobil di Gedung Kementerian Perindustrian, Rabu (10/7/2024).

“Segera setelah kredit bermasalah meningkat, rekanan pembiayaan kami meningkatkan persyaratan pembayaran pinjaman. Pada bulan September, Oktober, dan November 2023, situasinya agak pulih dan membaik pada bulan Desember,” kata Kuku.

Dia melanjutkan, alasan penghentian penjualan mobil karena diundangkannya Peraturan OJK Nomor 22 Tahun 2023 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat Sektor Jasa Keuangan. Hingga 80% pembeli mobil di Indonesia membayar dengan mencicil.

“Pada bulan Desember, menjelang akhir tahun, OJK mengeluarkan POJK yang isi spesifiknya adalah kendaraan yang mengalami kesulitan pelunasan tidak dapat dipanggil setelah pukul 19.00, dan tidak dapat lagi dipanggil pada akhir pekan atau hari libur, yaitu menyulitkan kami untuk memberikan pembiayaan kawan-kawan,” kata Kokoh.

“Hal ini berdampak pada penurunan pembelian mobil di bulan Januari,” imbuhnya.

Penjualan mobil justru sedang mengalami tren negatif. Berdasarkan data grosir Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) (distribusi pabrik ke dealer), penjualan Januari-Juni 2024 hanya 408.012 unit, turun -19,4% secara year-on-year. Namun penjualan pada semester I 2023 kemungkinan akan mencapai 500.000 unit, tepatnya 506.427 unit.

Permintaan yang baik tentunya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, atau setidaknya memicu gejolak pada industri lain seperti keuangan.

“Belum ada peninjauan karena kita harus duduk bersama semua anggota, apa kesepakatannya dan kita tidak mau memihak, kita harus duduk bersama dan itu yang kita lakukan selama ini. ada tapi kami tetap optimis tapi realistis mungkin akan ada peninjauan,” kata Kuku.

Simak video “Ganjar Sumpah Hapus Kredit Macet Nelayan Senilai Hingga Rp 190 Miliar” (riar/lua)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *