Jakarta –

Direktur Utama Bio Farma Shadik Akasya angkat bicara mengenai situasi terkini PT Indofarma (Persero) Tbk selaku pimpinan Holding BUMN Farmasi. Indofarma dan anak perusahaannya, PT Indofarma Global Medika (IGM), kini diperiksa atas dugaan penipuan yakni korupsi.

Sadik merujuk pada kesimpulan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pemegang kewajiban utang yang diperoleh dari pinjaman online (pinjol) atau fintech peer-to-peer lending. Total kerugian pinjaman IGM mencapai Rp 1,26 miliar, ujarnya.

Pinjaman melalui fintech bukan untuk kepentingan perusahaan, IGM Rp 1,26 miliar, ujarnya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di gedung DPRRI, Jakarta Pusat. Rabu (19/6/2024).

Informasi tersebut berdasarkan Laporan Temuan Penyidikan (LHP) yang diserahkan BPK ke Kejaksaan Agung RI beberapa waktu lalu. Total hasil pemeriksaan menghasilkan 18 kesimpulan, namun 10 diantaranya berindikasi penipuan dengan kerugian negara Rp436,87 miliar. Ini termasuk utang kredit.

Selain itu, lanjut Shadik, pada tahun 2021 hingga 2023 terjadi tren penurunan indikator keuangan. Indofarma mencatatkan pendapatan sebesar Rp524 miliar pada tahun 2023 atau turun 54,2% dibandingkan pendapatan tahun 2022 menjadi Rp1,14 triliun. Jumlah tersebut juga lebih rendah 70% dari target perseroan sebesar Rp 1,87 triliun dalam Rencana Aksi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RKAP) 2023.

Selain itu, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp605 miliar pada tahun 2023, atau meningkat hampir 40% dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp428 miliar. Sadyk menjelaskan, hal ini karena ada penyisihan piutang sebesar Rp46 miliar dan biaya terkait perpajakan sebesar Rp120 miliar.

Selain itu, beban sebelum pajak atau EBITDA pada tahun 2023 tercatat negatif Rp 293 miliar. Menurut Shadik, angka tersebut lebih baik dibandingkan tahun lalu yang negatif Rp361 miliar, sedangkan nilai aset atau ekuitas perseroan juga tercatat negatif Rp615 miliar. Sedangkan total aset pada tahun 2023 sebesar Rp 933 miliar atas nama karyawan.

Tbk Eliandriani, Direktur Utama PT Indofarma angkat bicara menanggapi temuan BPK terkait pinjaman online (pinjol). Dia memastikan pinjaman tersebut akan dilunasi pada 2022. Namun pinjaman tersebut hanya diberikan beberapa bulan dan kini telah dilunasi.

“Laporan pinjaman ke fintech ini pada tahun 2022 benar, namun hanya butuh waktu beberapa bulan dan sudah lunas,” kata Yelliandriani dalam keterangan yang sama.

Dia menjelaskan, pihaknya menerima dana dari Panjul melalui nama karyawan. Menurutnya, penipuan tersebut dinilai berani.

“Perusahaan melakukan pinjaman atas nama karyawan. Banyak penipuan yang sangat berani di Indofarma,” jelasnya.

Usai pertemuan, Eliandriani tak mau menjawab pertanyaan wartawan saat dimintai keterangan lebih lanjut mengenai persoalan tersebut, dan langsung masuk ke dalam mobilnya. (shc/gambar)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *