Jakarta –
Bayu Krisnamurthy, Direktur Utama Perum Bulog, buka-bukaan soal denda yang harus dibayar Perum Bulog akibat keterlambatan pemuatan dan pengiriman 490.000 ton beras dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Bayu membenarkan, bongkar muat beras impor di pelabuhan lambat. Perum Bulog akan dikenakan denda atas keterlambatan bongkar muat, namun Bayu belum menyebutkan berapa dendanya.
“Harga kedatangannya 490.000 ton, itu harga. Tapi harganya belum dihitung sampai 3% (penalti). Itu harga normal karena sudah 5 hari tertunda di dermaga. Sudah selesai, oh” Harus ditambah 1 hari lagi ya,” ujarnya saat bertemu di Jakarta Pusat, Korea Utara, Kamis (20/6/2024).
Bayu juga mengatakan lambatnya bongkar muat bukan karena bea masuk Bulo dalam jumlah besar. Dia menjelaskan, salah satu penyebab tertundanya bongkar muat terutama karena kondisi cuaca.
Atau berhenti karena hujan, tutup tidak berfungsi, sudah lama hujan. Tidak ada (hak pakai kotak), siapa bilang begitu, jelasnya.
Dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPRK, Bayu juga menyatakan tidak ada denda yang harus dibayarkan kepada Perum Bulo karena keterlambatan bongkar muat. Harganya saat ini sedang dihitung.
“Biayanya dihitung untuk operasional ekspor-impor. Berapa biayanya? Masih perkiraan. Karena kan ada permasalahan seperti siapa yang bertanggung jawab, mana yang tidak bisa bertanggung jawab, di mana tanggung jawab pengiriman, dan sebagainya. Dan di mana Pelindo Ob, harga “demurrage pengiriman, besaran biaya pengiriman,” jelasnya.
Sejak awal tahun hingga Mei 2024, sebanyak 490.000 ton beras impor telah dimuat, dibersihkan, atau masuk ke Indonesia. Bayu membenarkan adanya keterlambatan pengiriman pada Januari hingga Maret.
Karena hujan deras di bulan Januari-Maret, proses pengiriman memakan waktu lebih lama, namun proses pengiriman sudah selesai. Beberapa keterlambatan juga sudah teratasi, jadi sekarang tidak ada food line. Kapal di Tanjung Priok. Pelabuhan atau “Truk di Jakarta gudang,” kata Bayu.
(ya ya)