Jakarta –
Pemerintah Thailand saat ini menawarkan insentif untuk mobil listrik. Gara-gara insentif tersebut, produsen mobil listrik asal China pun bergegas berinvestasi di Thailand. Di sisi lain, banyak pabrik mobil Jepang yang tutup.
Program tarif mobil listrik Thailand dimulai pada tahun 2022 berdasarkan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China. Tujuan dari proyek ini adalah untuk membuat mobil listrik lebih terjangkau. Pemerintah Thailand menawarkan subsidi hingga 150.000 baht (sekitar Rp 68 juta) untuk setiap mobil listrik.
Perjanjian tersebut juga menghapuskan bea masuk atas kendaraan listrik asal Tiongkok yang akan dijual di Thailand. Perusahaan diperkirakan akan memproduksi mobil listrik di Thailand berdasarkan jumlah mobil yang dikirimkan pada tahun 2022. Produksi lokal mobil listrik di Thailand akan dimulai tahun ini.
Karena kebijakan ini, banyak produsen mobil listrik China yang berinvestasi di Thailand. Salah satu yang terpenting adalah BYD yang telah membangun pabrik mobil listrik di Thailand. Investasi pabriknya sebesar US$490 juta atau Rp 7,98 triliun.
Di sisi lain, pabrik mobil Jepang justru mengalami penurunan. Suzuki dan Subaru telah mengumumkan penutupan pabrik mobil mereka di Thailand. Honda juga telah mengumumkan unit produksi di Tanah Air.
Suzuki Motor Corporation (SMC) telah mengumumkan keputusan menutup pabrik mobil perusahaannya di Thailand. Pabrik Motor Suzuki Thailand Co., Ltd. (SMT) akan berhenti beroperasi pada akhir tahun 2025.
Keputusan ini diambil sebagai bagian dari peninjauan struktur manufaktur global Suzuki, kata Suzuki Motor Thailand dalam sebuah pernyataan.
Suzuki juga akan menghentikan produksinya di Thailand mulai Maret 2012. Di sana, Suzuki akan memproduksi 60.000 unit untuk dijual dan diekspor.
Suzuki mengatakan keputusan itu merupakan bagian dari peninjauan kembali struktur manufaktur globalnya. Suzuki diperkirakan akan memfokuskan upayanya di negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India dan India, pasar dimana Suzuki memiliki basis yang kuat. Artinya Suzuki akan beralih ke model bisnis importir/distributor di Thailand.
Subaru menutup pabrik di Thailand. Seperti dilansir Thai Auto News, produksi mobil Subaru di Thailand akan berakhir pada Desember tahun ini. Pasalnya, penjualan Subaru terus merosot di Tanah Air.
Penjualan Subaru di Thailand menurun dari rekor 3.952 unit pada tahun 2019. Penjualan pada tahun 2024 diperkirakan kurang dari 1.000 unit, setelah itu pabrik akan tutup.
Ditutupnya pabrik Subaru di Thailand membuat Subaru hanya memiliki satu lokasi produksi di luar Jepang, yakni Amerika Serikat. Sebelumnya, produksi Subaru di Malaysia juga dihentikan.
Tak hanya Subaru dan Suzuki, Honda pun mengumumkan pengurangan produksi di Thailand. Menurut Bangkok Post, Honda Thailand telah memutuskan untuk berhenti membuat mobil di pabriknya di Ayutthaya dan mengkonsolidasikan seluruh perakitan di pabrik Prachin Buri untuk meningkatkan daya saingnya di kendaraan listrik (EV).
Dua pabrik Honda di Thailand memproduksi 270.000 unit per tahun. Namun pabrik tersebut hanya memproduksi 150.000 mobil tahun lalu. Pembangunan pabrik Ayutthaya selesai tahun lalu. Menurut Honda, pabrik tersebut akan dialihfungsikan untuk memproduksi suku cadang.
“Kami tidak melihat pertumbuhan pasar mobil Thailand seperti yang kami harapkan. Kami ingin lebih fokus pada mobil listrik, termasuk mobil listrik dan mobil hybrid, serta melakukan proses produksinya,” kata juru bicara Honda Thailand, dikutip dari . Kantor Pos Bangkok.
Asia Nikkei melaporkan, tindakan yang dilakukan Honda ini merupakan bagian dari rencana pengurangan produksi tahunan di Thailand menjadi 120.000 unit per tahun. Jumlah itu turun dari 270.000 unit. Tonton video “Thailand menyatakan ganja sebagai obat terlarang pada 1 Januari 2025” (rgr/dry)