Jakarta –
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengajak Bank Dunia menyusun strategi agar Indonesia bisa lepas dari status negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
Upaya yang dilakukan untuk menyusun rencana strategis agar Indonesia dapat mencapai status middle income trap adalah dengan menyelenggarakan ASEAN International Seminar and Growth Academy. Acara ini akan diselenggarakan 23-24 September 2024 untuk membantu negara-negara ASEAN keluar dari jebakan berpendapatan menengah melalui strategi yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi.
“Bagaimana kita bisa menyusun strategi untuk keluar dari middle income trap,” kata Sri Mulyani saat menyampaikan keynote speaker pada acara tersebutdengan ).
Sri Mulyani mengatakan, upaya Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah sudah berkali-kali dibicarakan. Hal tersebut menjadi tema utama dan arah kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir.
Sayangnya, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia belum mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Bank Dunia masih mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi.
Sri Mulyani mengakui, tidak mudah untuk keluar dari middle income trap. Harus ada strategi yang lebih efektif untuk menjadikan Indonesia menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi di masa depan.
“Ini momen yang sangat penting bagi negara dengan komposisi demografi muda sekaligus memiliki sumber daya alam yang besar, serta letaknya yang strategis dalam lalu lintas internasional dan geopolitik,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menegaskan, upaya Indonesia menjadi negara maju sebenarnya sudah dilakukan pemerintah sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Menurut dia, kunci vitalnya adalah merangsang produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga level 7-8%.
“Jadi Indonesia dengan pertumbuhan sebesar 5% pada dekade yang menarik ini, baik itu disrupsi karena pandemi, geopolitik, maupun disrupsi bencana alam atau teknologi digital, kita harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Ia menekankan pentingnya pemerintah dan lembaga internasional seperti Bank Dunia merumuskan strategi yang lebih rinci untuk mengeluarkan negara-negara dari perangkap pendapatan menengah sebelum era demografi.
“Human capital memang penting, tapi pendidikan dan kesehatan saja tidak cukup sebagai garis besarnya. Pembahasannya harus lebih dalam lagi. Pendidikan seperti apa? Baik dari segi isi, proses, apalagi dengan teknologi digital saat ini, untuk benar-benar meningkatkan kualitas sumber daya manusia?” kata Sri Mulyani.
Bank Dunia sendiri mencatat hanya 34 negara yang lolos dari jebakan pendapatan menengah sejak tahun 1990, dan 108 negara lainnya terjebak dalam status tersebut. Yang lebih buruk lagi adalah melambatnya laju pertumbuhan di negara-negara berkembang karena masalah utang, populasi yang menua, dan meningkatnya kebijakan proteksionisme global.
Untuk dapat mendorong negara-negara agar keluar dari perangkap tersebut, Bank Dunia melalui The World Development Report 2024 mendesak negara-negara berpendapatan menengah ke bawah untuk mengadopsi teknologi modern dan negara-negara berpendapatan menengah atas untuk fokus pada inovasi.
Simak videonya: Pimpinan Bappenas: Hindari Middle Income Trap, Ekonomi RI Harus Tumbuh 6%
(tolong tolong)