Jakarta –
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Suhanomo menegaskan pihaknya tidak menyembunyikan fakta meninggalnya dr Diponegoro. ARL sebelumnya telah mengikuti program pelatihan anestesi dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Suharnomo menambahkan, Undip menyerahkan sepenuhnya rencana penyidikan kepada polisi terkait penyiksaan dan penganiayaan terhadap Dr. ARL mengalaminya.
Suharnomo dalam keterangannya di detikJateng, Rabu (9 April 2024), mengatakan, “Mengapa kita harus bersembunyi, Undip adalah organisasi yang direstui pemerintah. Ini adalah organisasi kita bersama, jadi mengapa kita harus menyembunyikan sesuatu.”
“Ini adalah era digital dimana setiap orang dapat mengekspresikan dirinya di ruang digital. Kami percaya dialektika di ruang publik akan bermanfaat, mendidik dan bermanfaat,” lanjutnya.
Setelah kematian Dr. ARL, Suharnomo mengatakan hal ini mungkin perlu dievaluasi bersama. Ia menilai, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk saling tuding.
“Kami yakin peristiwa ini akan menjadi sebuah pencerahan kolektif. Tidak bijak jika peristiwa ini hanya sekedar cerita, cerita kontradiksi dan pertentangan. Jangan dijadikan bahan saling kritik,” tegasnya.
Suharmono juga meminta semua pihak bahu-membahu mencari solusi permasalahan yang ada saat ini. Pihaknya mengakui keterbukaan dan kesatuan mengenai isu tersebut.
Lanjutkan membaca di sini untuk menonton video “Wakil Menteri Kesehatan tentang Bullying PPDS Undip: Investigasi Polisi” (dpy/naf)