Badung –
Karena sering tidak membayar makanan di restoran dan akomodasi, beberapa turis asal Spanyol dan Kolombia akhirnya diusir dari Bali.
Turis asal Meksiko bernama CNG (37) itu dideportasi dari Bali pada Rabu (18/9). CNG dan pacarnya, ATL dari Kolombia, dideportasi karena kebanyakan dari mereka tidak mampu membayar makanan dan tempat tinggal. ATL diperkenalkan lebih awal dari CNG.
Gede Dudy Duwita, Direktur Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Denpasar, mengatakan “Deportasi ke CNG, seorang pria asal Spanyol yang banyak terlibat kasus non-pembayaran di restoran dan tempat tinggal di Bali,” dalam keterangannya kepada pers .
Dudy mengatakan, CNG tersebut mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai pada 13 Mei 2024. Dengan berbekal visa kedatangan (Visa on Arrival/VOA), bule asal Spanyol itu datang dengan ATL untuk berlibur di Bali.
Selain liburan di Bali, CNG dan ATL juga beroperasi. Makanan di lima restoran dan pub tidak tercakup.
Melihat kelakuan buruk CNG dan ATL, manajemen hotel dan lima restoran buru-buru melaporkan CNG dan pacarnya ke polisi.
CNG dan ATL diamankan Polsek Kuta Selatan setelah mendapat laporan dari beberapa restoran dan pemilik usaha, kata Dudy.
Setelah ditangkap polisi, CNG akhirnya mengakui perbuatannya. Dia berkata bahwa dia tidak membayar semua tagihan makanan dan tempat tinggal karena masalah keuangannya.
CNG pun membenarkan dirinya sedang menunggu kiriman uang dari keluarganya. Sembari menunggu, ia mengaku sudah membicarakan hal tersebut dengan pihak manajemen restoran dan meminta pihak hotel memperpanjang masa menginapnya.
Namun belum semua pihak memberikan jawaban yang diinginkan. Untuk alamatnya, CNG tidak bisa membayar biaya tambahan yang diminta karena masih menunggu bantuan dana, kata Dudy sebagai penjamin CNG.
Karena itu, CNG dan ATL sempat berada di Rudenim pada 10 Juni 2024. ATL diekspor pada 25 Juni 2024. Sedangkan CNG baru diekspor pada 18 September 2024. Daftar CNG dan ATL diminta dimasukkan dalam cut- keluar dari daftar.
——-
Artikel ini dimuat di detikBali. Tonton video “Video: Para ilmuwan mengembangkan zat aditif untuk melindungi lebah dari pestisida” (wsw/wsw)