Jakarta –

Diet tinggi protein dianggap membantu penurunan berat badan dan kesehatan. Namun menurut para ahli, mengikuti pola makan seperti itu bisa ‘menjadi bumerang’ bagi seseorang.

Dr. Suzanne J Ferree, yang memiliki sertifikasi ganda dalam pengobatan keluarga serta pengobatan antipenuaan dan regeneratif, mengatakan kepada HuffPost bahwa mendapatkan cukup protein sangat penting seiring bertambahnya usia.

“Teori konvensionalnya adalah kita perlu mengurangi makanan berprotein tinggi seiring bertambahnya usia, namun penelitian mendukung hal ini pada orang yang lebih muda, namun tidak pada orang yang berusia di atas 50 tahun,” kata Ferree.

Penelitian ilmiah yang mendukung hal ini menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan orang dewasa yang lebih muda. Hal ini karena tubuh kehilangan massa otot seiring bertambahnya usia.

Masalahnya, kata Ferree, banyak orang mengonsumsi lebih banyak protein daripada yang mereka butuhkan. Selain itu, lebih sedikit orang Amerika yang mengonsumsi jenis protein yang kurang sehat.

Secara umum, terdapat dua jenis protein yaitu protein hewani dan protein nabati. Penelitian menunjukkan bahwa protein nabati lebih sehat dibandingkan protein hewani. Sayangnya, orang Amerika mengonsumsi lebih banyak protein dibandingkan protein hewani.

“Kesalahan yang umum terjadi adalah terlalu menekankan konsumsi makanan berprotein tinggi, terutama yang kaya akan protein hewani, dengan keyakinan bahwa makanan tersebut penting untuk daya tahan dan pemeliharaan otot,” kata Dr. Monisha Bhanote, seorang dokter pemenang penghargaan lima kali. dan pakar keberlanjutan.

“Banyak orang berpikir bahwa semakin banyak protein yang mereka konsumsi, mereka akan semakin sehat, sehingga menyebabkan konsumsi produk hewani seperti daging, susu, dan telur secara berlebihan.”

Kebanyakan orang Amerika mengonsumsi 100 gram protein sehari, dua kali lipat dari jumlah yang disarankan.

Menurut laporan Pedoman Diet untuk Orang Amerika, 75 persen orang Amerika memenuhi atau melampaui rekomendasi untuk daging, unggas, dan telur. Bhanote mengatakan jumlah tersebut dapat memperpendek umur masyarakat.

Bertentangan dengan anggapan umum, terlalu banyak mengonsumsi protein hewani dapat mempercepat penuaan dan merusak kesehatan sel, ujarnya.

Bhanote menjelaskan bahwa penyebab utamanya adalah dua zat berbahaya: produk akhir glikasi lanjutan (AGEs) dan trimetilamina N-oksida (TMAO).

“AGEs adalah senyawa berbahaya yang terbentuk ketika protein atau lemak bercampur dengan gula,” kata Bhanote.

Ia menjelaskan, makanan yang berasal dari hewan banyak mengandung AGEs, terutama jika dimasak, digoreng, atau dikukus. Penelitian menunjukkan bahwa senyawa ini dapat terakumulasi di jaringan tubuh.

Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan, yang memicu penuaan sel.

“AGEs merusak protein, DNA, dan struktur seluler penting lainnya, mempercepat proses penuaan, dan berkontribusi terhadap penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan Alzheimer,” kata Bhanote.

Bagaimana dengan TMAO? Bhanote menjelaskan bahwa kadar TMAO yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk aterosklerosis, serangan jantung, dan stroke, yang tentu saja berdampak buruk pada umur panjang.

“TMAO meningkatkan penumpukan kolesterol di arteri dan mengganggu kemampuan tubuh untuk membuangnya, yang menyebabkan peradangan dan kerusakan lebih lanjut pada sistem kardiovaskular,” kata Bhanote.

Tonton video “RI Negara Terpendek di Dunia, Tapi Tips Mengasuh Anak” (ath/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *