Jakarta –

Read More : Warga Berebut Gunungan BH saat HUT Sragen

Bandara Sam Ratulangi Manado punya sejarah menarik. Kawasan tersebut menjadi perhatian akibat letusan Gunung Ruang yang mengeringkan gunung tersebut.

Pada tahun 1938, pemerintah kolonial Belanda membangun 3 bandar udara di Sulawesi Utara, yaitu Bandar Udara Langowan atau Kalawiran, Mapanget dan Dornier di Tasuka di Danau Tondano.

Bandara Langowan dan Mapanget dioperasikan oleh Militaire Luchtvaart KNIL atau KNIL Aviation Service, sedangkan Bandara Tasuka untuk pesawat amfibi Dornier Do-24, Danau Tondano adalah rumah bagi Marine Luchvaart Dienst atau Royal Dutch Navy Aviation Service.

Pangkalan udara di Danau Tondano dihancurkan oleh pesawat tempur Mitsubishi A6M2 Zero Jepang pada bulan Desember 1941.

Untuk melindungi lapangan terbang Langowan dan Mapanget dari serangan Jepang, Belanda menugaskan pasukan Troepencommando Manado dan komandan Mayor B.F.A. Schilmoller.

Lapangan terbang Langowan dan Mapanget direbut oleh militer Jepang pada 12 Januari 1942. Jepang menggunakan lapangan terbang Mapanget sebagai pusat komando penyerangan ke Kendari.

Bandara Mapanget kemudian diperbesar dan diperluas dengan pesawat pengebom Mitsubishi G3M.

Pada bulan April 1958, Bandara Mapanget berada di bawah kendali teroris Permesta (Battle for Space) Dari Mapanget, pesawat tempur Permesta menghancurkan Bandara Langowan yang dikuasai tentara Indonesia.

Menurut Permesta, Bandara Mapanget pernah digunakan sebagai markas Angkatan Udara Revolusioner (AUREV). Ada delapan hingga sembilan pesawat tempur dengan pilot dari Amerika, Filipina, dan Taiwan. Salah satu pilot Amerika yang terkenal saat itu adalah Allen Pope yang pesawatnya ditembak jatuh oleh tentara Indonesia.

Ketika bandara ini dioperasikan oleh militer Indonesia, dinamai Bandara Tugiman untuk mengenang Sersan Mayor Tugiman yang gugur dalam pertempuran merebut Bandara Mapanget dari Permesta.

Seiring berjalannya waktu, namanya berubah menjadi Bandara Mapanet. Maskapai ini kemudian berganti nama menjadi A.A. Maramis, diambil dari nama jalan raya dari Manado ke bandara.

Kemudian Bandara A. A. Maramis berganti nama menjadi Bandara Sam Ratulangi hingga sekarang.

***

Artikel ini dibuat oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hari Suroto Saksikan video “Bandara Sam Ratulangi ditutup hingga 2 Mei akibat erupsi Gunung Ruang” (msl/msl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *