Jakarta –

Read More : Ekonomi China Tumbuh 4,6% di Kuartal III, Bisa Kejar Target ke 5%?

Jumlah kelas menengah mengalami penurunan sejak tahun 2019. Penurunan ini konon disebabkan oleh meningkatnya biaya hidup kelas tersebut. Berapa pengeluaran kelas menengah?

Tawhid Ahmad, Kepala Ekonom Institute for Economic and Financial Development (Indef), mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran kelas menengah berkisar Rp2 juta hingga Rp9,9 juta per bulan.

“Jadi misal dibilang satu keluarga ada empat orang, berarti ada yang bilang Rp 8 juta ya, minimal kalau satu keluarga ada empat orang. Artinya, Rp 30 hingga 40 juta itu untuk kelas menengah.” ujarnya kepada Detcom, Sabtu (5/10/2024).

Namun berdasarkan catatan BPS, pengeluaran masyarakat kelas menengah sudah mendekati batas minimum yakni di level Rp 2 juta per bulan.

Dengan begitu, BPS mengindikasikan kelompok kelas menengah akan sulit bangkit karena rentan terjatuh. Bahkan dikhawatirkan akan terjerumus ke kelas menengah dan rentan terhadap kemiskinan.

Belanja masyarakat pada kelas menengah berkisar antara 874 ribu rupiah hingga 2 juta rupiah per bulan. Sedangkan masyarakat miskin rentan menerima antara Rp582.000 hingga Rp874.000 per bulan.

Dalam komunikasi terpisah, Direktur Eksekutif Center for Economic and Legal Studies (CELUS), Bhima Yudhisthira mengatakan, penurunan kelas menengah terjadi karena sulitnya mendapatkan pekerjaan bahkan setelah lulus kuliah. Selain itu, beban belanja masyarakat kelas menengah juga besar dan semakin meningkat.

“Indeks Mobilitas Sosial Global tahun 2020 mencatat Indonesia berada di peringkat 67 dari 82 negara atau masuk dalam kategori kesulitan kemajuan. Kalau mau pendidikan tinggi di Indonesia juga sulit mendapat pekerjaan, banyak pengangguran terpelajar,” ujarnya. “Itu tidak benar.” Bahwa pendidikan akan menjadikan kita kaya – ini adalah fakta di Indonesia.

Bukti menurunnya kesejahteraan kelas menengah terlihat dari data BPS yang menunjukkan adanya koreksi pada belanja hiburan, kendaraan, barang tahan lama, sandang, dan kesehatan.

Di sisi lain, kelas menengah juga menghadapi pengeluaran besar untuk pajak, barang dan jasa, perumahan, pendidikan dan makanan. Pengeluaran yang lebih tinggi berarti pendapatan pribadi yang lebih rendah juga, jelas Bhima.

Dijelaskannya, “Menurunnya pendapatan pribadi disebabkan tingginya biaya pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, termasuk biaya sewa rumah dan cicilan mobil.”

Dalam data BPS, pekerjaan kelas menengah mayoritas merupakan pekerjaan formal yang tergolong pekerja, pegawai, atau pembantu.

Pada tahun 2024, proporsi pekerja formal pada kelas menengah akan sangat besar yaitu 53,76%. Kemudian pada kategori kelas menengah 42,95%, yang terpapar kemiskinan 35,08%, dan masyarakat miskin 28,79%. (ADA/FDL)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *