Jakarta –

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengungkapkan beberapa masalah pra-konfrontasi (BUMD). Menurut General Manager Fatoni Agus, General Manager for Provincial Finance (Kuda), Kementerian Dalam Negeri, menghambat kinerja bom.

Pertama, itu sehat secara finansial bahwa ia berdampak pada jumlah kesehatan jahat untuk menjadi beban jaksa penuntut. BUMD tidak memiliki unit pengawasan internal dan beberapa tidak melakukan manajemen risiko.

Agus juga mengungkapkan bom yang diam di area istirahat sampai intervensi beberapa pihak. Jumlah kurator lebih dari jumlah direktur, 1.993 komisaris dan 1.911 direktur adalah rincian.

“Beberapa gelandangan berada di zona nyaman yang menghambat rintangan. Yang ketiga, meja pengawas atau kurator melebihi jumlah sutradara,” Senayan, Jakarta Tengah (04/24/2012).

Masalah lain, menjaga Buma tidak dianggap merugikan dan dianggap optimal. Kementerian Dalam Negeri juga mencatat bahwa pengaturan pemerintah tidak lebih baik dieksekusi.

“Keenam, manajemen BUMD belum optimal. Ketujuh, partisipasi modal tidak bergantung pada kebutuhan dan sejauh ini tidak ada lagi pemilik dan komitmen lemah terhadap manajemen bom,” katanya.

BUMD belum menyebut kebijakan patuh, serta tidak hanya pengurangan pelanggaran kebijakan. Profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) juga tidak didistribusikan.

“Kedelapan, kebijakan terapan dan pengurangan pelanggaran kebijakan tidak harmonis. Dan kesembilan, profesionalisme sumber daya manusia belum menjadi ketidakseimbangan,” kata Agus.

Dengan masalah ini, Agus menunjukkan untuk bersaing lebih baik dalam kebutuhan untuk meningkatkan kompetisi BUMD. Ini diharapkan pada akhirnya akan meningkatkan pengembangan wilayah dan meningkatkan pendapatan lokal.

Lihat juga

(Lyly / Ara)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *