Mendidihkan –

Read More : Kota di Swiss Beri Subsidi Ratusan Juta untuk Orang Tinggal di Sana

Sebuah candi ditemukan di Boyolali. Tempatnya berada di belakang rumah warga. Candi ini konon berasal dari masa kerajaan Hindu-Buddha.

Kawasan Balai Cagar Budaya (BPK) salah satunya adalah pura yang berada di belakang rumah warga.

“Hari ini kami menindaklanjuti laporan masyarakat tentang penemuan di Desa Ringinlarik. Tadinya ada dua tempat yang akan kami kunjungi, tapi ternyata ada tiga. Satunya lagi ditemukannya batu lumpang di kebun masyarakat.” kata Pejabat Muda Kebudayaan BPK Wilayah X, Wardiyah, di persidangan, Kamis (3/10) pekan lalu.

BPK Wilayah Yang pertama diperiksa adalah ditemukannya candi di Dukuh Tawangsari.

Kuil ini berada di taman belakang rumah Yoto Kirman. Yoni, pecahan patung kaki dan terakota juga ditemukan. Di sebelah utara Yoni juga terdapat petak-petak batu putih atau badas yang memanjang lurus ke arah barat.

Batuan yang digunakan untuk bangunan candi tidak semuanya merupakan batu andesit. Ada pula yang terbuat dari batu putih atau batu padat.

“Sebagian besar jenis andesit,” kata Wardiah.

Setelah itu, BPC memeriksa temuan batu mortar dan batu Kenteng di tengah lapangan Tuyo Sukeni. Tempatnya sekitar 500 meter sebelah barat Dukuh Tawangsari. Cukup dekat dengan lokasi ditemukannya candi sebelumnya.

Di lapangan itu terdapat tiga batu mortar dan satu batu Kenteng. Wardia menduga, tempat ditemukannya batu lampu tersebut dulunya merupakan pemukiman.

Ia mengatakan, warga biasanya memanfaatkan bongkahan batu tersebut untuk mengolah hasil pertanian seperti beras dan jagung. Saat ini Watu Kenteng biasa dijadikan tempat pakan ternak.

“Mungkin pemukiman, karena kalau bicara tempat ibadah pasti ada yang merawat dan tinggal di sekitar (kuil). Dan biasanya tempat seperti ini tanahnya subur,” jelas Vardiye.

Setelahnya, tim BPK mengunjungi patung yang ditemukan di tengah ladang warga Dukuh Mogul Kulon, Desa Ringinlarik. Lokasi patung ini berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi candi di Dukuh Tawangsari.

“Kalau korelasi atau satu lingkungan, bisa dikatakan mungkin dulu wilayahnya cukup padat. Karena sebaran temuannya cukup besar, secara administratif sekarang hanya di satu wilayah desa, Desa Ringinlarik,” kata Said. Wardiyah.

Di kawasan Dukuh Tawangsari juga dekat dengan sumber air yang hingga saat ini masih digunakan warga sekitar. Ada dua sumber air di ngarai dekat tempat ditemukannya candi.

“Dulu apa, sebutannya apa, pasti ada nafas keagamaan di sana. Utamanya karena di sisi Dukha Twansari kita temukan yoni. Yang jelas yoni itu berlatar belakang agama Hindu. Tapi bagaimana struktur atau strukturnya?” gedung yang menemani keberadaan June itu seperti saya, saya belum bisa menjawabnya,” jelas Wardiah.

Potongan batang juga ditemukan di sekitar pohon. Namun belum diketahui siapa sosok tersebut. Adapun terakota yang ditemukan apakah milik Candi masih perlu dipelajari. Terakota terbuat dari gerabah berbentuk pipa yang diyakini sebagai saluran air.

“Apakah terakota itu ada hubungannya, kita belum tahu, tapi dari segi kedekatannya ya. Tapi terakota juga ditemukan pada zaman klasik, jadi kalau ada kaitannya masih perlu kajian lebih lanjut,” kata Wardiah.

Menurut dia, temuan yang diyakini sebagai benda cagar budaya itu berasal dari masa klasik Hindu-Buddha. “Kami hanya bisa mengatakan bahwa temuan tersebut berasal dari masa klasik Hindu Buddha,” kata Wardiyah.

Di Desa Ringinlarik, tambah Wardiya, juga ditemukan prasasti logam dengan aksara. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 2016. Kita masih perlu belajar untuk mengetahui hubungan antara prasasti tersebut dengan candi.

Hasil pemeriksaan ini, kata Wardiyah, akan dipelajari lebih lanjut di wilayah BPK

——-

Artikel ini dimuat di detikJateng.

Saksikan video “Menemukan ‘Harta Karun’ Candi Parit Duku di KCBN Muajamambi” (wsw/wsw)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *