Jakarta –
Seiring dengan meluasnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), kebutuhan akan pusat data menjadi semakin besar. Diperkirakan pusat data AI akan meningkat 2,5 kali lipat dari saat ini 57 gigawatt menjadi 152 gigawatt dalam lima tahun ke depan.
Tidak menutup kemungkinan, pembangunan pusat data AI ini akan mendorong target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada masa pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming pada periode 2024-2029.
“Perusahaan hiperskala global (Microsoft, Apple, Amazon) sedang mencari energi terbarukan mulai tahun 2030 dan mereka siap membayar harga yang pantas untuk energi terbarukan,” kata editor buku Strategi Transformasi Nasional Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiavan dan Indotelco. program, Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Dirgajuza mengatakan kebutuhan pasar data center global dapat dipenuhi dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki Indonesia.
“Kita punya banyak sumber energi terbarukan, kita punya pembangkit listrik tenaga air di PLTA Kayan dan PLTA Membramo yang bisa mencapai 40 GW. Kemudian kita punya energi panas bumi yang besar,” ujarnya.
Energi panas bumi Indonesia mencapai 23,7 GW atau 40% dunia, dimana saat ini baru terpasang 2,3 GW.
“Nah, sampai saat ini energi panas bumi sudah dimanfaatkan dengan baik karena sebagian besar berlokasi di Sumatera dan Jawa dan bersaing dengan BPP PLTU yang harganya lebih murah,” kata Dirgayuza.
Baru-baru ini Meta, perusahaan induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram, mengumumkan 13 GW dari 57 GW investasi energi panas bumi melalui perusahaan mitra.
Artinya, terdapat peluang besar bagi industri panas bumi Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera, ujarnya.
Sementara itu, CEO DCI Indonesia Otto Toto Sugiri mengatakan perkembangan industri data dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah persaingan pasar data di Malaysia.
“Pelaku industri global mengkhawatirkan listrik yang aman, biaya rendah, energi hijau yang menjanjikan karena pada tahun 2060 harus netral karbon,” ujarnya.
Toto mengatakan AI tanpa data itu bodoh. Untuk itu, penting memikirkan bagaimana negara menghasilkan big data karena jumlah penduduk Indonesia juga besar. Tonton video “Comfo: Beberapa proyek di Pusat Data Nasional ditayangkan” (agt/fay)