Jakarta –

Penelitian baru mengidentifikasi area aktivitas otak yang hilang pada pasien skizofrenia yang mendengar ‘suara ajaib’. Analisis data gelombang otak menunjukkan bahwa kombinasi dua fungsi neurologis dapat menyebabkan halusinasi pendengaran-verbal.

Peneliti Tiongkok menemukan bahwa observasi mengganggu kemampuan menghasilkan kata-kata tertentu. Namun tidak hanya itu, area otak lain yang menyaring “percakapan” juga diaktifkan pada orang yang mengalami halusinasi dan skizofrenia.

Tanpa kemampuan untuk membungkam suara sendiri, otak menjadi bingung dalam membedakan antara suara nyata dan suara pikiran, karena sinyal internal yang terkait dengan kebisingan tersebut meningkat.

“Orang yang mengalami halusinasi pendengaran dapat ‘mendengar’ suara tanpa adanya rangsangan dari luar,” lapor tim peneliti dalam Science Alert, Jumat (10/4/2024).

“Itu adalah gangguan koneksi fungsional antara sistem motorik dan pendengaran otak, yang memediasi kemampuan untuk membedakan fantasi dari kenyataan,” lanjutnya.

Sebuah tim ahli saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong mempelajari otak 20 pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran parah. Mereka dibandingkan dengan 20 pasien skizofrenia yang tidak mengalami halusinasi dan kelompok kontrol yang tidak menderita skizofrenia.

Semua pasien skizofrenia menerima obat antipsikotik dan berada dalam kondisi stabil selama penelitian.

Para peneliti mencoba membandingkan data aktivitas otak dari elektroensefalogram tiga kelompok pasien. Mereka diminta mendengar dan kemudian mengucapkan kalimat pendek yang menunjukkan perbedaan mencolok.

Kedua kelompok penderita skizofrenia menunjukkan aktivitas yang relatif sedikit terkait kemampuan mereka memprediksi suara sendiri sebelum berbicara. Ini disebut ledakan dingin dan memungkinkan indra mengenali suara, bukan suara eksternal.

Para peneliti juga menemukan bahwa hanya kelompok penderita skizofrenia dengan halusinasi pendengaran yang jelas yang memiliki salinan afektif hiperaktif. Ini adalah sinyal motorik yang memberitahu tubuh kita untuk berbicara dan digambarkan sebagai representasi pendengaran batin.

Pada kelompok penderita skizofrenia, yang tidak mengalami halusinasi pendengaran, dan kelompok kontrol, yang tidak mengalami halusinasi pendengaran, sinyal otak yang mempersiapkan tubuh untuk berbicara hanya meningkat ketika kata-kata tertentu diucapkan. Sementara itu, pada penderita skizofrenia yang mendengar “suara”, sinyalnya diperkuat, memperkuat kebisingan di otaknya.

“Fungsi aktivasi penyalinan yang efisien dan menyimpang…mengarah pada peningkatan variabel dan sensitivitas korteks pendengaran,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Hal ini membuat penderita skizofrenia sulit membedakan antara suara luar dan suara dalam pikirannya sendiri, seperti halnya penderita halusinasi. Situasi ini mengaburkan batas-batas realitas dalam pikiran.

Para peneliti berharap dapat mengungkap mekanisme di balik halusinasi pendengaran ini dan mengembangkan pengobatan yang lebih baik untuk penderita skizofrenia. Saksikan video “Ruma Berdaya Denpasar, Pusat Rehabilitasi Skizofrenia” (avk/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *