Jakarta –

Read More : Harga Emas Hari Ini Naik Dekati Level Termahal

Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar di dunia. Sayangnya potensi besar tersebut belum dimanfaatkan dengan baik.

Agus S Wiguna, CEO Sea6 Energy Pvt Ltd, mengatakan Indonesia telah memproduksi biomassa laut sejak tahun 2000-an, yang juga merupakan salah satu bahan ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif baru (EBT). .

“Baru-baru ini alga dikatakan sebagai emas hijau. Hal ini karena banyak sekali energi yang bisa kita manfaatkan dari lautan. Indonesia adalah penghasil lautan tropis terbesar di dunia, karena masih banyak tempat yang bisa kita perbaiki. .

Namun saat ini pengembangan alga masih terbatas dan sebagian besar untuk keperluan pangan. Misalnya, spesies rumput laut Gracilaria telah dikembangkan untuk produk gelatin. Sebenarnya masih banyak kemungkinan lain yang perlu dijajaki.

“Alga sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membuat produk daur ulang lainnya, seperti bioplastik, dan kita juga bisa membuat minyak dari laut,” ujarnya.

Agus mengatakan, industri makanan laut saat ini masih berbasis cara tradisional, terutama di sektor kelas atas atau pertanian, sehingga produksinya masih rendah. Ini adalah salah satu masalah utama dalam pengembangan database.

“Untuk itu kami di Sea6 Energy mencoba mengembangkan inovasi-inovasi baru pada level tinggi, seperti penggunaan mesin atau penggunaan mesin yang berbeda untuk menanam rumput laut. Sebagai tahapan untuk mengikat rumput laut atau pembibitan seringkali berbasis induk.

Memikirkan masalah ini, hasratnya berujung pada terciptanya mesin yang dapat meningkatkan jumlah benih yang disemai. Selain itu, pihaknya juga mengembangkan mesin untuk membantu pendistribusian benih mulai dari penaburan hingga penyemaian.

“Dari inovasi ini kita berharap bisa meningkatkan produksi untuk menekan biaya produksi. Dengan menekan biaya produksi, kita bisa menciptakan banyak produk baru. Misalnya pupuk hayati, bio-oil, bio-oil. Saat ini belum ekonomis untuk dilakukan. membuat bio-plastik dan produk minyak bumi.”

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari efisiensi dan efektivitas ekosistem laut dengan bantuan teknologi, menurut Agus. Pertama, biaya produksi dapat ditekan menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Selain itu, potensi lapangan kerja juga besar.

Agus mengatakan: “Untuk lahan seluas 100 kilometer persegi, pada tingkat tinggi, kita dapat menangkap sekitar 1/2 juta ton karbon dioksida per tahun dan membantu lingkungan. Kita juga dapat meningkatkan lapangan kerja lebih dari 10.000 pekerja baru.”

Sektor hilir kini berpotensi meningkatkan produksi dari 100 kilometer persegi menjadi satu juta ton kering. Produktivitas menurun

“Dengan pengurangan produksi sebanyak satu juta ton, kita bisa menggantikan 120.000 ton minyak yang ada saat ini. Selain itu, kita bisa mendirikan pabrik pengolahan untuk menjual hasil panen dengan teknologi baru di daerah terpencil dengan inovasi,” ujarnya. menjelaskan.

Menurutnya, melihat gambaran tersebut, Indonesia masih mempunyai banyak energi. Dukungan pemerintah diharapkan akan terus berlanjut di masa depan, dan perusahaan swasta serta internasional juga ingin berinvestasi di bidang kelautan. (shc/das)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *