Jakarta –

Permasalahan polusi udara di Indonesia menjadi salah satu fokus Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 yang digelar baru-baru ini di JCC Jakarta. Salah satu permasalahan utamanya adalah kurangnya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi yang dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian pencemaran udara.

Oleh karena itu, pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sudah seharusnya menjadikan masalah pencemaran udara sebagai prioritas.

“Bicara Air telah bermitra dengan Systemiq untuk menjadi Knowledge Partner Indonesia Sustainability Forum. Kami berharap dapat mendorong pemerintahan Presiden terpilih untuk menjadikan polusi udara sebagai prioritas,” kata salah satu pendiri Air Children of. Yayasan Bangsa atau Talking Air, Ratna Kartadjoemena dalam keterangannya, Minggu (9/8/2024).

Ratna mengatakan pihaknya juga mendesak pemerintahan baru untuk menggunakan data dan bukti ilmiah untuk mengatasi masalah tersebut. Diketahui, data BPJS Kesehatan menunjukkan penyakit pernafasan akibat polusi udara menghabiskan biaya sebesar Rp 18 triliun antara tahun 2018 hingga 2022. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, namun juga memberikan beban ekonomi yang signifikan.

“Kami juga mendorong pengembangan kebijakan berdasarkan data dan bukti ilmiah. Pengendalian polusi udara sangat penting untuk mewujudkan Indonesia Emas karena berdampak pada kesehatan anak dan generasi mendatang,” tambahnya.

Untuk itu, Ratna mengungkapkan pihaknya akan mengajukan beberapa rekomendasi penting yang diharapkan dapat menarik perhatian pemerintahan baru.

“Diantaranya peningkatan anggaran untuk perbaikan kualitas udara, penambahan sensor untuk memantau kualitas udara, serta peningkatan koordinasi lintas batas terhadap pencemaran udara lintas batas atau antar wilayah,” ujarnya.

Sementara itu, Dirgayuza Setiawan, editor buku Strategi Transformasi Nasional karya Prabowo Subianto, mengatakan ambisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% tidak akan mungkin terjadi tanpa polusi udara.

“Kita tidak bisa mencapai perekonomian dengan produktivitas tinggi jika polusi udara mengancam kualitas sumber daya manusia. Angka harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini hanya 68 tahun, jauh di bawah rata-rata dunia. Situasi ini akan semakin buruk jika tingkat polusi udara tetap tinggi. Bandingkan ini. “Harapan hidup di Singapura adalah 83 tahun,” jelasnya.

Dirgayuza juga menekankan bahwa penanggulangan polusi udara merupakan peluang ekonomi bagi Indonesia, termasuk meningkatkan daya saing di mata talenta global dan mendorong potensi ekonomi hijau.

Penanggulangan polusi udara sejalan dengan visi pemerintahan Prabowo-Gibran untuk meningkatkan potensi ekonomi hijau, termasuk melalui produksi kendaraan listrik seperti mobil, bus, dan sepeda motor, tambahnya. (acd/kil)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *