Manggarai Barat –
Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) akan menggelar rapat umum pada Senin (19/8/2024) mengenai rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo untuk pariwisata. Sosialisasi dimulai pukul 15.00 WITA di Labuan Bajo di Komodo Visitor Center.
Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga mengatakan sosialisasi tersebut akan menarik minat pelaku pariwisata dan tokoh agama ke Balboan Bajo. “Semua mitra Taman Nasional Komodo diundang,” kata Hendrikos di Labuan Bajo, Minggu (18/8/2024).
Undangan advokasi mencakup asosiasi pariwisata, Forum Asosiasi Kepedulian Pariwisata Mangare Barat, serta tokoh agama, komunitas, dan pemuda. Hendrikos juga mengatakan, Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Kawasan Perlindungan Lingkungan Hidup (PJLKK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan turut serta dan melakukan sosialisasi bersama BTNK.
Rencana penutupan Taman Nasional Komodo sudah dibicarakan sejak sebulan terakhir. Wisatawan sangat menentang penutupan ini. Warga Komodo dan DPRD Manggari Barat menolak alasan penutupan TNK untuk pariwisata
Sebelumnya, BTNK berencana menutup kawasan TNK untuk aktivitas wisata. Namun belum diputuskan apakah penutupan tersebut akan tuntas atau hanya pada hari tertentu saja. BTNK sedang mengkaji rencana ini dan berencana mengimplementasikannya secara bertahap pada pertengahan tahun depan.
“Tahun ini penelitiannya sudah selesai, kami berharap pertengahan tahun depan sudah bisa diimplementasikan secara bertahap,” kata Hendrikos, Senin (15/7/2024).
Hendrikos mengatakan, tergantung hasil kajian dan respon masyarakat serta pihak terkait, kemungkinan ada penutupan total aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo.
Hendrikos menjelaskan empat alasan penutupan TNK: Pertama, pemulihan kawasan dari tekanan aktivitas wisata yang padat.
“Untuk memungkinkan TNK beristirahat dan memulihkan diri dari tekanan wisatawan yang sangat kuat yang kita alami akhir-akhir ini,” jelas Hendrikos.
Alasan kedua adalah berkembangnya tempat wisata di daratan Pulau Flores sebagai destinasi utama selain TNK. “Selain TNK, pembuatan objek wisata di benua Flores menjadi pilihan utama,” kata Hendrikos.
Ketiga, meningkatkan peluang ekonomi masyarakat sekitar tempat wisata di Pulau Flores. Terakhir, meningkatkan efisiensi pengelolaan melalui penataan sumber daya manusia, infrastruktur, dan hubungan masyarakat sebagai bagian dari revitalisasi pengelolaan TNK.
Tentu saja semuanya harus diselidiki secara ilmiah dan didengarkan pendapat semua pihak yang terlibat, kata Hendrikos.
“Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan Taman Nasional Komodo ditutup sementara” (sym/sym)