Jakarta –
Read More : Di MWC 2025, Realme Ungkap Jurus Unggul di Pasar Smartphone Global
Setiap tahun Candi Borobudur di Jawa Tengah, Indonesia menjadi tempat festival Waisak. Momen ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Buddha.
Namun tak hanya itu, Waisak di Borobudur juga menarik minat para pecinta fotografi yang ingin mengabadikan keindahan dan keajaiban perayaan ini. Mulai dari prosesi puja yang dibawakan oleh para biksu hingga ribuan lampion yang membubung ke angkasa, semuanya menambah megah siluet candi.
Bagi Anda yang berminat bisa mempersiapkan Waisak di Borobudur tahun depan. Tidak perlu menggunakan kamera profesional, Anda bisa menggunakan smartphone.
Kualitasnya bagus, ditambah lagi mudah dibawa, kata fotografer Ulet Ifansasti kepada Detikinet.
Yulet sendiri baru-baru ini menggunakan iPhone 15 Pro Max saat perayaan Waisak di Borobudur. Ia menilai kemampuan zoom yang dimiliki ponsel Apple ini lebih natural dan white balance-nya terkesan tepat dibandingkan lainnya.
Nah, tak hanya saat Waisak di Borobudur saja, iPhone 15 Pro Max pun digunakan saat menggarap foto Save the Children di banyak tempat, salah satunya Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Yulet juga membagikan beberapa trik untuk menghasilkan foto bagus saat Waisak di Borobudur menggunakan iPhone. Trik ini juga bisa diterapkan untuk mengabadikan momen menarik lainnya.1. gunakan mentah
Saat ini smartphone sudah menawarkan mode RAW. Di iPhone, mode ini dikenal sebagai Apple ProRAW.
Menurut Yulet, mode ini tidak hanya diperuntukkan bagi fotografer saja, siapapun bisa dan bisa menggunakannya. Ada banyak keuntungan menggunakan mode RAW, salah satunya adalah kontrol kreatif yang lebih besar terhadap pengambilan gambar.
“RAW bisa digunakan untuk apa saja. Editing bahkan lebih bagus daripada mengambil foto,” kata fotografer asal Papua itu.
Eulet melanjutkan, “RAW itu punya file aslinya. Jadi kalau terjadi apa-apa, misalnya foto itu bajakan dan ada orang lain yang merampasnya, kita bisa buktikan itu milik kita karena kita punya RAW.”
Namun menggunakan RAW akan memperbesar file foto yang dihasilkan. Semakin sering Anda mengambil foto, maka semakin cepat pula konsumsi memori internal ponsel.
“Saya kira tidak hanya satu atau sepuluh foto, yang pasti banyak,” kata Yulett. “Satu file itu besar sekali, jadi Anda bisa menyiasatinya agar tidak cepat penuh menggunakan iCloud.”
Ia mengaku jarang menghapus foto. Meskipun saat itu tidak digunakan, namun dapat digunakan kembali ketika dibuka kembali beberapa bulan kemudian.
“Saya dulu jarang menghapus foto, biasanya menyimpannya di hard drive. Saya bahkan punya laci kering yang penuh dengan hard drive di rumah,” kata Yulett sambil tertawa.
Untuk mengedit, kita dapat menggunakan opsi pengeditan bawaan yang tersedia di aplikasi Foto atau Galeri. Menurut Yulet cukup, namun jika ingin lebih jauh bisa menggunakan aplikasi edit foto pihak ketiga.
2. Jangan gunakan flash
Eulet memperingatkan agar tidak menggunakan flash saat mengambil gambar bahkan dalam kondisi kurang cahaya. Ia memperhatikan banyak pengunjung Waisak di Borobudur yang menggunakan flash saat mengambil foto.
“Fotografi Waisak itu warna-warni, kalau pakai flash hilang sama sekali. Nggak dapat apa-apa. Nggak dapat atmosfer,” ujar fotografer asal Jogjakarta ini.
Tenacious menyarankan penggunaan Mode Malam. Dengan mode ini, foto yang didapat tetap cerah tanpa kehilangan detail dan suasana. Agar lebih bermanfaat, Anda bisa menggunakan tripod saat mengambil gambar.3. waktu yang tepat
Prosesi Waisak di Borobudur sangat panjang. Eulet mengingatkan kita bahwa yang terbaik adalah mengambil foto pada waktu yang tepat.
Disarankan pada saat golden hour yaitu antara pukul 16.00 – 17.00 saat sinar matahari sedang berada pada kondisi terbaiknya. Kemudian pada malam hari atau sering disebut blue hour.
“Menjelang magrib, birunya langit membuatnya semakin sejuk. Bahkan suasananya bisa kita lihat,” lapor Yulet.4. riset
Eulet menyarankan untuk tidak fokus pada satu titik saja. Menurutnya, banyak momen tak terduga yang bisa kita temukan saat kita menjelajahi kawasan perayaan Waisak di Candi Borobudur.
“Tidak harus di panggung utama, coba belok kanan dan kiri. Anda akan melihat seorang biksu lewat secara tiba-tiba. Seperti saya sedang berjalan kemarin, biksu itu hanya berdiri di sana dan tidak tahu harus berbuat apa. Lalu saya foto menggunakan mode malam dan menahannya selama 3 detik, “Biksu itu berdiri dengan suasana pepohonan,” kata Eulet sambil memperlihatkan hasilnya.
Acara apa pun yang banyak pengunjungnya seringkali mengakibatkan sinyal telekomunikasi menjadi kurang optimal. Dampaknya adalah baterai ponsel terkuras karena harus mencari sinyal.
Hal ini dialami Yulet kemarin saat Waisak di Borobudur. Alih-alih menguras baterai, malah mengaktifkan mode pesawat.
Dengan begitu baterai iPhone tidak cepat terkuras sehingga Anda bisa mengambil foto lebih lama. Disarankan juga untuk membawa powerbank untuk menambah daya jika diperlukan. Saksikan video “Indahnya langit di atas Candi Borobudur berhiaskan ribuan lampion” (Afri/Afri)