Jakarta –

Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat masih menjadi favorit wisatawan yang menghabiskan akhir pekan panjang. Bahkan, 150 ribu kendaraan diblokir di Puncak sehingga menimbulkan gangguan serius, padahal kapasitas jalan tersebut hanya 70 ribu kendaraan.

Para pengemudi berbagi pengalamannya menghadapi lalu lintas yang padat saat pergi menemui wisatawan atau saat wisatawan berangkat melalui berbagai jejaring sosial. Sejumlah video memperlihatkan mobil dalam keadaan diam dan tidak bergerak sama sekali.

“Bagian atasnya macet… Semua orang mematikan mesin karena tidak bergerak,” cuit salah satu akun Twitter.

“Dan hampir seharian saya terjebak di bukit itu karena jalan menuju Samsek ditutup sejak pukul 08.00 sampai sekarang,” cuit akun lain.

“Aku baru bangun tidur saat ini. Aku mengalami stress terparah dalam hidupku kemarin… 13 JAM SEKARANG TUTUP DI SPBU GADOG. Dari jam 12.00 sampai jam 1.00 dengan misi ke puncak keluarga. Liburan …diakhiri dengan sebuah pengalaman, yang membuat saya kuat dan emosional.

Pantauan detikJabar, pengemudi yang hendak menuju Cianjur dari Cibinong terjebak kemacetan selama 14 jam. Mereka khawatir kehabisan bensin.

“Biasanya lewat jam sibuk dan ada kemacetan. Tapi biasanya hanya beberapa jam. Sekarang saya terjebak sekitar jam 14.00. Dari kemarin sore. Tidak sampai pagi ini. Itu hanya jauh dari perbatasan Cianjur-Bogor, masih jauh.” Entah sampai kapan saya terjebak di Puncak,” Ade yang sedang berkendara bersama rombongan mobil kami.

Kapolsek AKBP Bogor Rio Wahyu Anggoro mengatakan, kecelakaan lalu lintas tersebut disebabkan bertambahnya jumlah sepeda yang menuju Puncak.

“(Jumlah mobil menuju Puncak) 150.000, maksimal 70.000,” kata Rio seperti dikutip detikNews.

Sepeda motor cenderung memperburuk kecelakaan lalu lintas. Ketimbang antri di tengah kemacetan, banyak pengendara sepeda yang memilih berkendara melawan arus sehingga berdampak pada kendaraan lain.

“Iya, sepedanya loncat dari arah berlawanan, sehingga arus lalu lintas terhambat,” imbuhnya.

Polisi memberlakukan jalan satu arah menuju Jakarta pada jalan yang menghubungkan Kabupaten Bogor hingga Kabupaten Cianjur sepanjang kurang lebih 22,7 kilometer dengan lebar jalan rata-rata 7 meter untuk mengurangi kemacetan lalu lintas Puncak hari ini.

Sementara itu, Kapolsek Cianjur AKP Anjar Maulana mengatakan, volume lalu lintas akhir pekan di kawasan Puncak Bogor dan Cianjur mengalami krisis saat long weekend.

“Libur itu tiga hari, Sabtu sampai Senin. Banyak orang yang libur. Makanya, volume mobil meningkat sehingga menyebabkan kemacetan,” ujarnya.

Anjar mengatakan kemacetan di Cianjur disebabkan oleh Bogor.

“Di Cianjur ada dampaknya dari Bogor. Jadi kalau ada kecelakaan lalu lintas di Bogor ekornya bisa sampai ke Cianjur,” ujarnya.

Pasalnya, berbagai pembahasan penyelesaian kecelakaan lalu lintas di Puncak saat liburan sudah beberapa kali dilakukan dari berbagai pihak. Idenya bermula dari pembangunan jalan Puncak II yang menyediakan park and ride, cable car di jalan tersebut.

Pada awal tahun 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berencana membangun kereta gantung sebagai pilihan transportasi menuju Puncak untuk mengatasi permasalahan lalu lintas di kawasan tersebut.

Usulan serupa juga disampaikan Kementerian Perhubungan pada Mei 2023. Badan Kebijakan Perhubungan (Baketrans) Kementerian Perhubungan menyatakan telah menyelesaikan beberapa kajian penelitian mengenai pembangunan kereta gantung.

Kajian tersebut akan disiapkan Baketrans bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Keuangan terkait anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan kereta gantung tersebut.

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan berencana membangun park and ride atau tempat parkir di kawasan Puncak pada akhir tahun 2020 yang meliputi layanan pembelian jasa (BTS) dan layanan bus.

Namun pembahasan perencanaan transportasi Jalan Puncak tidak dilanjutkan karena Pemerintah Kabupaten Bogor belum siap melaksanakan pembelian jasa dari BPTJ.

Upaya lain untuk mengurangi kemacetan adalah dengan terus dilakukannya pembangunan jalan Puncak II yang dikenal dengan nama Jalur Poros Tengah Timur (PTT).

Pemerintah Kabupaten Bogor telah mengumumkan rencana Jalan Puncak II, namun APBD Kabupaten Bogor tidak mencukupi sehingga perlu dukungan pemerintah negara bagian dan pemerintah pusat.

Pada tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Bogor dipimpin Bupati Ade Yasin menggelontorkan dana sebesar Rp5 miliar untuk menyelesaikan pembukaan jalan Puncak II sepanjang 1,1 km dan lebar 30 meter melalui proyek Karya Bakti.

Pada pertengahan tahun 2023, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pembangunan jalan Puncak II akan menjadi proyek prioritas nasional (PSN).

Jalan Puncak II akan dibangun sepanjang 62,8 km. Dari 62,8 kilometer tersebut, 48,7 kilometer berada di wilayah Kabupaten Bogor dan 18,5 kilometer berada di wilayah Cianjur. Sedangkan sepanjang 18,5 km, sepanjang 15,5 km menghubungkan Desa Warga Jaya, Kabupaten Bogor, dan Green Canyon di perbatasan Karawang.

Jalan tersebut akan dibangun di kawasan Sentul-Hambalang-Sukamakmur-Pacet-Cipanas. Lahan sepanjang 62,8 kilometer itu seharusnya memiliki lahan seluas 115 hektare. Sebanyak 63 persen di antaranya merupakan kontribusi dari pemilik lahan. Masih ada lahan kosong seluas 1,5 hektare di sekitar ring road Sentul sebagai salah satu pintu masuk dan keluar jalan Puncak II.

Selain mengatasi konflik di Jalan Puncak Cisarua, jalan Puncak II diyakini dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Sukamakmur.

Saksikan video “Sejumlah daerah di Puncak Bogor diperkirakan bertanding jelang Tahun Baru” (fem/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *