Banyuwangi –

Nasib tragis menimpa ibu seorang turis yang diperkosa di pantai Pulau Merah Banyuwangi. Mereka terpaksa menjual perhiasan korban untuk membayar setelah kematiannya.

Awan menggantung di langit di Kecamatan Srono, Wilayah Banyuwangi. Wajah seorang laki-laki yang berdebu terlihat dari balik pintu sebuah rumah sederhana di gang sempit, cukup lebar untuk dilewati sepeda motor.

Pria itu menyambut kami dan memanggil kami. Tak lama kemudian, seorang wanita muda muncul di masa remajanya dengan wajah sedih dan anggun.

Seorang gadis berusia 17 tahun langsung menyambut kami dengan mengulurkan tangan dan mengajak kami berjabat tangan dan langsung mencium tangan kami.

“Silakan duduk, ibu masih mencuci baju di sungai,” kata SS, ayah korban pemerkosaan kepada LJL, Rabu (5/1/2024).

Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya datang membawa sekeranjang penuh pakaian bersih. Wajahnya penuh pertanyaan, ia segera turun dari perahu dan masuk ke dalam rumah dengan hiruk pikuk. Kekhawatiran melintas di dahinya.

“Siapa itu? Teman anakku kan? Aku akan meminumnya sebentar lagi,” RFE mengingatkan ibu LJL sambil berdiri di dapur.

Beberapa saat kemudian, radio berbicara kepada putranya setelah kejadian mengerikan itu. Di ricuh Jumat malam (26/4) itu, ayah dan ibu LJL belum siap menerima nasib anaknya sebagai korban pemerkosaan.

Saat itu, mereka berdua membawa uang secukupnya. Uang itu juga digunakan untuk bensin dan biaya operasional lainnya.

“Waktu itu saya tidak punya uang, saya hanya mendapat Rp 300.000 untuk studionya,” kata RL.

Pagi harinya, sang putri diantar saat proses penyidikan di Polsek Pesanggaran

Lelah dan khawatir, pihak keluarga menerima tawaran untuk tinggal sementara bersama keluarga tersangka, dengan dalih agar lebih dekat dengan Polsek Pesanggaran.

Keluarga korban seolah-olah terjebak di rumah penyerang. Selain dipaksa menerima jalan damai yang ditawarkan penjahat, anak tersebut juga dipaksa menikah dengan penjahat dan menjual anting-antingnya untuk membayar kematian korban.

Merasa muak, RL akhirnya memutuskan untuk menjual perhiasan kesayangannya. Saya membeli anting tersebut dengan harga sekitar Rp 500 ribu. Dia menggunakan sebagian hasil penjualan kalung itu untuk menutupi kekurangan biaya setelah kematian putranya.

“Waktu itu saya bayar autopsi di rumah sakit, lalu saya ganti. Kalau tidak salah Rp 400 atau 500 ribu,” kata RL.

Tak hanya itu, hasil penjualan anting tersebut LJL gunakan untuk membeli pakaian dan kebutuhan lainnya selama bersama keluarga tersangka.

“Untuk beli baju juga, karena baju itu sudah disita sebagai barang bukti,” imbuhnya.

Apa yang terjadi pada putri kesayangannya membuat hatinya patah. Pria tersebut terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena disuruh tinggal di rumah tersangka.

Saat melihat putrinya, radio kerap menyinggung kelakuan buruk tersangka EK (21) dan DPP (20). Perbuatan jahat mereka harus dihukum dengan hukuman yang paling berat.

“Saya harus menjaga psikologi anak saya, semoga banyak orang baik yang membantu saya. Kita harus saling menguatkan sebagai satu keluarga. Pelakunya harus dihukum berat,” pungkas pria Catalan yang murka itu.

——

Artikel ini muncul di detikJatim. Tonton “Polisi Menangkap Pasangan Vlogger Spanyol, Perampokan-Pemerkosaan” (wsw/wsw)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *