Jakarta –

Read More : Cerita Bos Smesco soal 5 Tahun Defisit Beruntun Gegara Proyek LRT-Pandemi

Kegiatan usaha pedagang pakaian dan perlengkapan kampanye di Pasar Senen, Jakarta Pusat, semakin lesu meski pemerintah akan menyelenggarakan pemilu serentak pada tahun 2024. Bahkan, kondisi tersebut membuat beberapa pedagang di kawasan itu terpaksa tutup atau bangkrut.

Rizal, salah satu distributor pakaian dan perlengkapan pesta, mengaku pesanan perlengkapan kampanye tahun ini turun drastis dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan ini berlaku pada pesanan pakaian kampanye pemilihan presiden, legislatif, dan pemilihan pendahuluan daerah (Pilkada) yang masih berjalan.

“Saat ini (pesanan baju kampanye) cukup sepi. Kami hanya melakukan ini untuk (salah satu pasangan) di Pilkada Sorong. Jujur (pesanan) sepi, jauh dari tahun lalu,” ujarnya kepada Detikcom saat bertemu. di kawasan Pasar Senen, Senin lalu.

Secara keseluruhan, ia mengatakan tokonya mengalami penurunan pesanan pakaian kampanye tahun ini hingga 45% dibandingkan periode pemilu 2019. Kondisi ini nampaknya semakin parah dibandingkan periode pemilu 2014 pada tahun 2009.

“Pendapatan ini memang menurun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, alhamdulillah. Sekarang betul, yang penting bisa makan dan bayar sewa toko, itu saja,” jelas Rizal.

Belum lagi pesanan bendera partai, misalnya, ia mengaku pada periode pemilu 2019 tokonya masih bisa menerima pesanan 2.000 hingga 5.000 bendera, namun pada tahun ini ia tidak menerima pesanan.

“(Pesanan) baju malah lebih bagus, bendera yang sekarang belum ada sama sekali. Dulu ada partai yang pesan 2.000 sampai 5.000 bendera, sekarang nihil. Bendera putih dan merah juga sama, tahun ini ada. sedikit pesanan,” jelas Rizal.

Parahnya lagi, kondisi menurunnya order ini juga dibarengi dengan menurunnya pendapatan atau besarnya keuntungan yang bisa diperoleh para trader. Artinya, dari setiap order keuntungan bersih masing-masing trader semakin menipis sehingga menyulitkan mereka untuk bertahan.

“Kalau kita press (sablon) harganya Rp 3.000 per kaos. Paling untung yang kita dapat (jual kaos kampanye) Rp 500 per kaos. Iya, kadang (kita untung) itu Rp 1.000 ( per baju Si “Dulu bisa Rp 10.000 per baju, Rp 15.000 karena sekarang tidak akan jual muka,” kata Rizal).

Meski tidak menyebutkan secara langsung berapa besaran usaha yang dimiliki Rizal dulu dan sekarang, namun dibandingkan masa pemilu tahun-tahun sebelumnya, ia mengaku mampu membeli mobil bahkan sawah dengan hasil penjualan baju kampanye. Namun, tahun ini keuntungan yang didapat hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dan biaya pembelian.

“Dulu saya akui keuntungannya sangat besar, saya bahkan bisa membeli mobil, saya bisa membeli sawah, apalagi tahun 2014, tahun 2009, keuntungan bersihnya sangat besar. Sekarang, alhamdulillah, hanya saya yang bisa. membeli makanan dan membayar sewa toko,” jelasnya.

Lanjutkan ke halaman berikutnya.

(fdl/fdl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *