Jakarta –
Cargill, produsen makanan swasta terbesar di Amerika Serikat (AS), telah memberhentikan ribuan orang, atau 5% dari tenaga kerja globalnya, karena jatuhnya harga pangan.
Berdasarkan laporan tahun 2024, Cargill memiliki lebih dari 160.000 karyawan, yang berarti 8.000 pekerja akan di-PHK. Efisiensi Cargill merupakan strategi jangka panjang yang diterapkan awal tahun ini.
“Seiring dengan pandangan kami ke masa depan, kami telah mengembangkan rencana yang jelas untuk mengembangkan dan memperkuat portofolio kami guna memanfaatkan tren masa depan yang menarik, meningkatkan daya saing kami dan, yang paling penting, terus melayani pelanggan kami,” kata manajemen Cargill. Kutipan dari CNN, Rabu (4/12/2024).
Cargill juga beroperasi di bisnis makanan. Perusahaan ini juga merupakan perantara yang mendistribusikan biji-bijian, daging, dan produk pertanian lainnya ke seluruh dunia.
Namun, pendapatan Kargil dipengaruhi oleh inflasi dan kerusuhan geopolitik, yang membuat harga pangan menjadi tidak menentu. Faktanya, perusahaan meraup untung besar selama pandemi.
Selain itu, investasi Cargill sebagai salah satu pengolah daging sapi terbesar di Amerika Utara telah menurun. Pendapatan Cargill turun menjadi $2,48 miliar hingga Mei, menurut laporan awal tahun 2024 Bloomberg.
Jumlah tersebut kurang dari setengah rekor $6,7 miliar pada tahun 2021 hingga 2022, dan juga merupakan kenaikan terkecil sejak tahun 2016. Namun, Cargill telah mengumumkan bahwa mereka akan membuka pusat di Atlanta dan mempekerjakan 400 profesional untuk posisi teknologi dan teknik. (gambar/gambar)