Jakarta –
Salah satu risiko yang dihadapi atlet saat latihan adalah pingsan dan pingsan. Salah satu penyebab orang terjatuh saat berolahraga adalah gangguan jantung. Berhenti atau mengalami serangan jantung.
Dokter spesialis jantung dr Vito A Damai, SpJP(K) menemukan bahwa resusitasi jantung paru (CPR) atau CPR cukup menyelamatkan orang yang pingsan saat berolahraga.
“Orang sering terjatuh di bulu tangkis, terjatuh di marathon. Seringkali menyalahkan reaksinya. Kalau ingat pemain sepak bola Denmark yang bertanding, ingat apa yang terjadi? Teman-temannya langsung datang untuk melakukan CPR, CPR. Akankah dia selamat? ?
Namun, dr Vito menegaskan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami bagaimana menyikapi dan membantu orang yang pingsan saat berolahraga. Dia mengatakan meskipun orang lain melakukan defibrilator, apa yang mereka lakukan tetap salah.
“Apa jadinya kalau kita lihat video orang berputar di Indonesia, orang tidak selamat. Adakah yang melakukan CPR? Saya jarang melihat orang melakukan CPR dengan benar,” kata dr Vito.
Faktanya, lanjut dr Vito, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang melakukan kesalahan dengan mencari pertolongan ketika melihat seseorang mengalami serangan jantung atau serangan jantung saat berolahraga.
“Dan dalam video-video yang tersebar, saya sering melihat orang yang menolongnya salah, atau ada yang membiarkan saya sendiri karena takut dan tidak mampu membantu,” tambah dr Vito.
Dokter Vito menambahkan, jika melihat seseorang pingsan secara tiba-tiba tanpa menabrak orang lain, patut dicurigai terkena serangan jantung. Oleh karena itu, pertolongan yang diberikan harus berupa CPR atau CPR.
“Cukup CPR atau CPR. Mulut ke mulut, bukan mulut ke mulut. CPR cukup, meningkatkan kelangsungan hidup 17 persen, sampai 40 persen. iya, tapi tergantung kesehatannya faktor,” kata Dr. Vito.
“Tapi yang pasti lebih baik kita biarkan saja. Kalau itu terjadi di depan kita, jangan andalkan orang-orang seperti itu,” ujarnya. Simak video “Cara Mencegah Penyakit Jantung pada Remaja” (kna/kna)