Jakarta –
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Pangkalan Angkatan Laut (LANL) Palembang berhasil menggagalkan penyelundupan benih bening lobster (BBL) sebanyak 99.748 ekor. Penyelundupan ini merugikan negara hingga Rp15 miliar.
Plt Direktur Jenderal Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Pung Nugroho Saxono mengatakan BBL memiliki kapasitas yang luar biasa sehingga menarik permintaan yang tinggi. Pendapatan dari budidaya lobster saja bisa mencapai triliunan rupiah.
“Pendapatannya bisa triliunan. Potensi-potensi yang ada di negara kita, sumber daya tersebut kalau tidak kita jaga, kalau tidak kita jaga maka kita hanya akan menjadi penonton saja. Sementara apa yang dihasilkan dari BBL sungguh luar biasa. Jadi sayang kalau barang itu ditarik ke luar negeri karena “nilainya luar biasa,” kata orang dalam konferensi pers penyelundupan benih lobster, Palembang, 5/2024).
Ia pun memuji tindakan Lunal Palembang dalam mencegah penyelundupan BBL. Untuk mencegah perbuatan melawan hukum tersebut, KKP tidak bisa bertindak sendiri dan harus berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai dari TNI Angkatan Laut hingga Bea dan Cukai.
“Dalam hal ini KKP tidak bisa berdiri sendiri untuk melakukan patroli atau mencegah penyelundupan. Tentunya kami meminta bantuan teman-teman kami di TNI Angkatan Laut, Polisi dan Bea Cukai. Nah, begitulah kita bisa saling berkoordinasi di lapangan dan ini sudah terbukti kali ini. “Teman-teman TNI AL khususnya Lanal sudah banyak berjasa bagi negara, sehingga kami siap menjadi pengayom untuk memenuhi bagian tersebut. “
Sementara itu, Komandan Pangkalan Angkatan Laut (LANL) Palembang Sandy Kurniawan menceritakan penangkapan para penyelundup BBL. Ia mengatakan pihaknya awalnya mendapat informasi dari warga bahwa BBL tersebut akan diantar dari Kabupaten Banyuasin pada 2 Mei 2024. BBL tersebut akan diselundupkan ke Singapura.
Sore harinya tim Palembang yang terdiri dari satuan intelijen sebagai tim darat dan personel Sungai Lilin sebagai tim sungai telah siap berangkat ke tepi pantai desa Sungai Sumbar sekitar pukul 19.00 WIB malam. Saya melihat sebuah truk pickup. jenis mobil menuju dermaga pasar desa Sambar,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, ada empat orang yang melakukan bongkar muat boks styrofoam di kapal motor berbobot 200 pk. Timnya langsung melakukan penangkapan dan menemukan barang bukti dari operasi penyelundupan tersebut.
Dari hasil penangkapan, empat terduga pelaku yakni BA, 36, BP, 29, RJ, 27 dan EW, 30 berhasil ditangkap dengan barang bukti berupa 18 kotak styrofoam berisi lobster BBL. , termasuk pasir dan mutiara, bernilai sekitar 15 miliar lei,” tambahnya
Lebih lanjut, Epunk menjelaskan modus penyelundupan benih lobster bening (BBL) yang semakin marak di Indonesia. Begitu penyelundup mendapatkan kue lobster, mereka menemukan banyak cara untuk mengirimkannya langsung ke negara tujuan, mulai dari jalur laut, darat, dan udara. Karena kentang goreng lobster ini tidak tahan lama.
Sistemnya dimulai dari nelayan mengirim ke pengepul lalu ke distributor. Dia mengatakan penyelundupan sudah berakhir di Palembang dan Jambi. Dari Palembang dan Jambi, penyelundup menggunakan jalur laut untuk mengirim ke negara tujuan.
Lebih luas lagi, ia juga menyinggung cara penyelundupan melalui jalur darat. Dia mengatakan, para penjahat di jalur darat ini berganti mobil setiap kali memasuki wilayah baru.
Caranya, mereka ganti mobil, biasanya dari Sukabumi ke Bogor, ganti mobil. Lalu ganti mobil di perlintasan. Dari mana berangkatnya, begitulah, jelasnya.
Padahal, mobil yang diganti bukan hanya truk, melainkan mobil Alphard. Hal ini membuat mereka kesulitan.
Ia juga mengakui bahwa menangkap kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia lebih mudah dibandingkan menangkap bayi lobster selundupan.
“Lebih mudah menangkap kapal asing dibandingkan menyelundupkan lobster. Tapi kita tetap tidak mau kalah, kita tetap berusaha. Kita coba cegat dan lacak,” ujarnya.
Sedangkan modusnya melalui jalur udara, Epunk mengatakan pelaku menggunakan koper untuk menyimpan kue lobster. Untuk itu, pihaknya terus memantau dan bekerja sama dengan Bea dan Cukai untuk mengusut kasus tersebut.
“Tidak ada pakaian di dalam koper, tapi lobster. Mengapa mereka melarikan diri? Saya bekerja dengan tim bandara, bagaimana mereka bisa lolos? Kami terus menyelidiki untuk menutup pintu mereka, mulai dari darat, laut, dan udara. Cara ini harus dimulai dengan, “Hati-hati karena penjahat akan membaca di mana petugas berada, petugas akan ceroboh.”
Meski mengalami kesulitan, dia menjelaskan pihaknya tidak akan menyerah dan akan terus berupaya menangkap pelaku penyelundupan steak lobster. Karena penyelundupan dapat menyebabkan kerugian jutaan crores di negara tersebut.
“Memang mereka lebih menguasai lahan dan tahu seluk beluk lahan, tapi kita tetap tidak mau kalah. Karena negara tidak mendapat apa-apa dari penyelundupan. Berapa juta lobster. Di sana, berapa triliun,” jelasnya. .
Saksikan juga videonya: TNI AL cegah penyelundupan 99 ribu benih lobster senilai Rp 15 miliar
(kg/kg)