Jakarta –

Penjualan mobil di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara. Potensi pasar di Indonesia bisa semakin berkembang.

“Saat ini perekonomian dunia agak buruk, sehingga ekspor kita sedikit terhambat karena perekonomian yang tidak baik di sana-sini di negara tujuan ekspor yang ingin kita ekspor. Itu juga berdampak, dari Makanya kita pada Senin (1/7/2024) Ketua CNBC Indonesia I Jongki D mengatakan, “Di luar, kita masih nomor satu” dalam memperhatikan apa yang terjadi di dunia.

Malaysia menyalip Thailand dalam rekor penjualan mobil terbesar kedua di pasar ASEAN, mengutip data dari Federasi Otomotif ASEAN. Malaysia berada di peringkat kedua setelah Indonesia.

“Sekarang yang nomor dua bukan Thailand, tapi Malaysia. Karena perekonomian Thailand sedang tidak bagus,” imbuhnya.

Selama Januari-April 2024, sebanyak 979.479 kendaraan dikirimkan ke ASEAN. Mayoritas berasal dari Indonesia sebanyak 263.706 unit, turun 22,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di posisi kedua, Malaysia sebanyak 260.236 unit atau meningkat 8,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Diikuti oleh Thailand dengan 210,138 unit, turun 24% dibandingkan tahun lalu.

Menurut data AAF, lemahnya penjualan mobil membuat Thailand harus kalah dari Malaysia untuk memperebutkan posisi ketiga.

Sementara itu, penjualan mobil di Indonesia diyakini lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, angka tersebut masih menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Hal ini juga tercermin pada indikator produksi yang mengalami penurunan sebesar 21,3 persen dari 467.461 unit menjadi 367.802 unit pada Januari-April 2024.

Sementara Malaysia juga berhasil mencapai 267.326 unit atau tumbuh 11,6% year-on-year.

Thailand masih memproduksi lebih banyak dibandingkan Indonesia dan Malaysia. Di Negeri Gajah Putih itu diproduksi sebanyak 518.790 unit, turun 17% dibandingkan tahun lalu.

Penjualan mobil di Thailand telah menurun dari tahun ke tahun sejak Juni lalu karena meningkatnya kredit macet dan konsumsi yang stagnan. Peningkatan pangsa pasar mobil listrik terlihat berkat hadirnya produsen mobil listrik asal China.

Menurunnya angka penjualan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari melemahnya nilai tukar rupiah, kenaikan suku bunga, hingga kondisi perekonomian global. Junkie berharap pemerintah segera memberikan insentif seperti kebijakan stimulus fiskal ketika industri otomotif terpuruk di masa pandemi Covid-19.

“Kami berusaha untuk bertahan, kalau bisa segera dipertimbangkan, maka dengan berdiskusi, menyepakati, pemerintah bisa memberikan insentif lebih, hanya untuk beberapa waktu, tidak selamanya, hanya untuk beberapa waktu saja, kita bisa meningkatkan angka penjualan. Semuanya bergerak lagi, pabrik tetap pabrik, yang kita khawatirkan bukan PHK, sangat-sangat dilarang, jangan sampai terjadi PHK, multiplier ini luar biasa, kalau segera dibuka kembali mungkin saat itu juga sudah sudah terlaksana dan sukses, kenapa tidak sementara saja,” kata Junky?

“Kami paham itu perlu disampaikan, didiskusikan dengan kementerian lain, dan sebagainya. Tapi kalau diperhatikan serius dan segera dilaksanakan, mungkin angkanya akan kita kembalikan lebih cepat,” jelasnya. Saksikan video Pakar Permintaan Bahasa Menjadi Asia di Indonesia” (riar/rgr)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *