Jakarta –
Pandemi COVID-19 diyakini berdampak pada jumlah pengunjung pasar tradisional. Selain itu, rendahnya daya beli masyarakat disebut turut menyebabkan sepinya pasar ini.
Detikcom mengunjungi Pasar Ciputat di Tangsel dan berbincang dengan pedagang sayur Sumard (56). Dia mengatakan pasar Ciputat sama ramainya seperti sebelum pandemi COVID-19.
“Iya. Sepi. Makin parah,” kata Sumardi saat ditemui Detikkom di Pasar Siputat, Tangsel, Senin (9/12/2024).
Selain Covid-19, Sumardi mengungkapkan turunnya jumlah pengunjung disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang tidak aman dari berdagang tradisional hingga berbagai platform digital.
Di sisi lain, Sumardi juga mengeluhkan kualitas barang yang menurun seiring dengan kenaikan harga produsen. Ia meyakini penurunan kualitas bahan pokok disebabkan oleh peningkatan curah hujan yang tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, diketahui bahwa pedagang sayur-sayuran lebih mungkin menderita. Sumardi juga mengatakan, jumlah pengunjung Pasar Ciputat terus mengalami penurunan. Selain itu, sewa booth tahunan sebesar Rp 34 juta yang dibagi dengan vendor lain.
“Rp34 juta per tahun. Tapi banyak sekali, luas sekali, jadi bagus karena di sini banyak kelompoknya,” jelasnya.
Sumardi juga berharap perubahan pengelolaan dapat membawa ekosistem pasar tradisional menjadi lebih bergairah. Saya berharap pemerintah pusat bisa fokus pada pasar tradisional.
“Harusnya ada kebijakan pemerintah. Pemerintah daerah sepertinya tidak kompeten di sini. Tidak ada pengaruh dan perhatian,” tutupnya.
Keluhan serupa juga dilontarkan penjual kue Evie (40). Ia mengeluhkan minimnya pengunjung pasar yang berdampak pada pendapatan para pedagang.
“Bukannya naik, malah turun,” jelasnya.
Ia juga tak terlalu berharap banyak pada Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, seiring menurunnya jumlah pengunjung pasar. Menurut dia, laju libur besar Natal tidak terlalu berdampak pada para pedagang pasar tradisional.
“Tidak apa-apa. Saya belum tahu tahun 2025, mudah-mudahan ramai,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Harian Inkopas Andrian Lame Muhar mengatakan penurunan daya beli masyarakat disebabkan berkurangnya jumlah pembeli di pasar. Ia mengatakan, jumlah pembeli di pasar tersebut anjlok hingga 40 persen.
Daya beli masyarakat benar-benar turun, pasar rakyat sepi dan masih 40% lebih rendah dibandingkan sebelum COVID, ujarnya dalam rapat koordinasi harga dan pasokan pangan Natal dan Tahun Baru di kantor Bapanas, Jakarta, Kamis. katanya. (12 Mei 2024).
Untuk itu, para pedagang pasar berharap pemerintah berupaya mendukung daya beli masyarakat dan tidak mengosongkan pasar. Pada saat yang sama, Incopas berencana menghapus biaya parkir dari pasar. Tujuannya untuk meningkatkan minat masyarakat berbelanja di pasar. (kg/kg)