Jakarta –
Hampir semua tempat parkir di kota-kota kecil di Jakarta “dijaga” oleh valet ilegal atau yang dikenal dengan jukir. Keadaan ini menyebabkan sebagian warga mengeluh harus membayar biaya parkir setiap kali berbelanja.
Biasanya pengendara sepeda motor harus merogoh kocek sebesar Rp1.000 hingga 2.000 hanya untuk parkir saat berbelanja di pasar kecil. Sedangkan yang membawa mobil biasanya harus merogoh kocek lebih dalam. Lalu berapa penghasilan Jukir per hari?
Salah satu tukang parkir di lokasi Indomaret di Matraman, Jakarta Timur, mengaku bisa membawa pulang sekitar Rp 150.000-250.000 per hari, tergantung keramaian.
“Biasanya Rp 250.000 sehari, kotor, tidak boleh merokok dan tidak boleh makan, kalau seharian berjaga. Tidak benar juga, Rp 150-200 ribu kalau sepi dan sekitar Rp 250 ribu kalau ramai. Saya tidak yakin kalau (seperti) tukang parkir,” kata salah satu petugas, Senin (20/20/2024) melalui Detikcom.
Artinya, seorang tukang kayu dapat memperoleh penghasilan sekitar Rp150.000-250.000 per hari, dan dalam sebulan akan menghasilkan Rp4.750.500.000. Jumlah tersebut lebih kurang dari gaji UMR di Jakarta yang sebesar Rp5,6 juta per bulan.
Meski begitu, juru parkir pada dasarnya mengaku tidak pernah mematok harga atau memaksa wisatawan membayar parkir. Oleh karena itu, kata dia, uang yang terkumpul berdasarkan relawan pengunjung.
“Tidak ada batasan (Anda harus membayar sejumlah tertentu) dan Anda bisa memberikannya kepada siapa pun yang Anda inginkan. (Pengunjung) tidak akan dipaksa (membayar parkir supir) oleh Indomaret, ”ujarnya.
“Kadang-kadang mereka memberi 2.000 yuan, kadang 3.000 yuan, kadang 4.000 yuan. Tidak harus seperti itu, banyak orang yang tidak memberikannya. Saya di sini bukan untuk memaksa Anda,” katanya.
Dibandingkan tukang parkir di kawasan Matraman yang seharinya masih bisa mendapatkan ratusan ribu dolar, Arif (64), yang sering mengunjungi gerai Alfamart di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengatakan, paling banter sehari hanya bisa mendapat Rp 70.000. .
Meski pasar kecil ini ramai, banyak orang yang mempertimbangkan untuk berdonasi. Kalau tidak, biasanya bisa dibawa pulang dengan harga sekitar Rp 40.000-60.000. Ia mengatakan jumlah terendah yang diterimanya hanya Rp 30.000.
“Saya dapat Rp 40.000, paling banyak yang bisa saya dapatkan di sini sehari. Kadang bisa Rp 70.000 kalau ramai. Bahwa saya hanya mendapat Rp 30.000 di jalan ini.”
Selain tidak pernah memaksa wisatawan membayar parkir, Arif mengatakan kondisi fisiknya yang sulit berjalan menjadi salah satu penyebab ia tidak mendapat penghasilan yang cukup sebagai valet.
Karena keterbatasan fisiknya, ia kini mengalami cacat pada salah satu sisinya dan hanya bisa berjalan sekitar 1-2 meter dari tempatnya duduk. Oleh karena itu, hal ini tidak akan membantu pengunjung yang parkir terlalu jauh dari dirinya.
“Kalau saya jalan agak susah, paling tidak jaraknya satu atau dua meter dari tempat (biasanya dia duduk). menjauh darinya) lalu turunkan, sebaiknya katakan “kami akan mengurus sepedanya”.
“Juga yang tidak menawarkan apa pun secara online, seperti ojek, sering duduk di sini (depan gerai Alfamart) lalu pergi. Kalau jauh biasanya dikasih uang seribu dua ribu,” tambah Arif.
(fdl/fdl)