Jakarta –
Sejauh ini, dampak jangka panjang COVID-19 masih dipelajari. Bukti baru menunjukkan bahwa COVID-19 dapat berdampak buruk pada otak, menyebabkan efek kognitif seperti kabut otak pada orang yang terinfeksi, sehingga memengaruhi kemampuan berpikir.
Dengan menggunakan pemindaian resolusi tinggi, para peneliti dari Universitas Cambridge dan Oxford telah mengidentifikasi kelainan mikrostruktur pada otak pasien yang telah pulih dari COVID-19. Gejala ensefalitis muncul hingga 18 bulan setelah infeksi.
“Kami menunjukkan bahwa batang otak adalah tempat yang rentan terhadap efek jangka panjang Covid-19, dengan perubahan yang terlihat bahkan berbulan-bulan setelah dirawat di rumah sakit,” kata penulis dalam Science Alert, Kamis (17/10/10/2024).
Menurut para peneliti, perubahan ini lebih terlihat pada pasien yang dirawat dalam jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, efek ini pada otak lebih terasa pada pasien yang mengalami tingkat keparahan COVID, respons inflamasi, dan hasil fungsional yang lebih parah.
Penelitian dilakukan terhadap 31 orang selama pandemi. Semua pasien dirawat di rumah sakit sampai vaksin Covid-19 tersedia.
Otak mereka dipindai setidaknya tiga bulan setelah keluar dari rumah sakit. Namun demikian, para peneliti melihat tanda-tanda peradangan di ketiga wilayah otak, dibandingkan dengan partisipan sehat pada usia yang sama.
Batang otak manusia mengandung otak tengah, otak tengah, yang merupakan bagian dari “pusat kendali otomatis” otak. Bagian ini mengontrol siklus tidur, pernapasan, dan detak jantung.
Kelelahan, sesak napas, dan peningkatan detak jantung adalah beberapa gejala jangka panjang COVID-19 yang paling umum.
“Fakta bahwa kita melihat kelainan di bagian otak yang berhubungan dengan pernapasan menunjukkan bahwa gejala jangka panjang adalah akibat peradangan pada batang otak setelah infeksi COVID-19,” kata ahli saraf Catharina Rua dari Cambridge.
Dari pemeriksaan pasien meninggal akibat COVID-19 kronis, ditemukan adanya peradangan pada batang otak akibat degenerasi jaringan. Para ilmuwan menduga virus tersebut menembus saraf vagus.
Pemindaian MRI standar tidak dapat mendeteksi efek jangka panjang dari COVID-19. Diperlukan tes khusus 7T (7 Tesla) untuk melihat efeknya pada batang otak. Saksikan video “Waspadalah terhadap Bahaya Mukbang” (avk/suc).