Jakarta –
Pemerintahan baru disebut-sebut akan mewarisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara ekonomi. Salah satunya adalah risiko terjadinya deflasi selama tiga bulan berturut-turut.
Ekonom senior Institute for Economic Development and Finance (INDEF) Didik J Rachbini mengatakan deflasi yang terjadi saat ini dapat memberikan dampak negatif yang luas terhadap perekonomian. Pertama, menurutnya terjadi penurunan tingkat konsumsi yang signifikan.
Deflasi terdengar baik bagi konsumen karena harga lebih rendah, namun ini merupakan fenomena makroekonomi dimana masyarakat tidak memiliki kekuatan ekonomi untuk membeli barang yang dibutuhkannya, ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (2/8/2024).
Namun, penurunan harga akan menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi, yang pada gilirannya akan menyebabkan penurunan harga lebih lanjut.
“Ini bisa menyebabkan resesi berkepanjangan. Investasi yang dilakukan dunia usaha tidak akan lebih tinggi, bahkan bisa lebih rendah,” ujarnya.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diperkirakan akan melimpahkan rangkaian permasalahan tersebut kepada pemerintahan baru. Kondisi resesi disebut-sebut mulai terjadi di seluruh Indonesia akibat deflasi yang terus berlanjut.
“Lupakan mimpi pertumbuhan ekonomi 8% jika permasalahan rendahnya konsumsi tidak bisa diatasi dengan mengembangkan perekonomian di sektor riil, khususnya sektor industri,” ujarnya.
Menurut dia, anjloknya konsumsi disebabkan oleh tingginya angka pengangguran. Apalagi saat ini banyak terjadi PHK.
“Selain menerima kondisi deflasi yang terus menerus, lemahnya konsumsi akibat turunnya pendapatan, dan semakin masifnya PHK akibat pengangguran, pemerintah baru saja mewarisi utang yang sangat besar dalam 10 tahun terakhir,” jelasnya.
Kehidupan dunia usaha disebut semakin berat akibat permasalahan, pengangguran, dan deflasi akibat turunnya konsumsi. Ketika konsumsi turun, pendapatan dunia usaha diperkirakan menurun
Yang membuat pekerja semakin berkurang. Ada penurunan pendapatan dunia usaha akibat konsumsi masyarakat yang menurun, sehingga terpaksa melakukan PHK atau pengurangan jam kerja, jelasnya.
Didik mengatakan, dalam jangka panjang bisa terjadi stagnasi atau penurunan upah karena pengusaha bisa saja menurunkan upah atau berhenti menaikkan upah dalam kasus tersebut.
“Dari sudut pandang makro, akibatnya permintaan secara keseluruhan dalam perekonomian semakin berkurang,” jelasnya. (per kilogram)