Batavia –

Banyak perusahaan teknologi berupaya menciptakan pusat data untuk pelatihan dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Melihat hal tersebut, pemerintah pun membuka peluang bagi perusahaan asing yang ingin berinvestasi dan membangun infrastruktur di Indonesia.

Selain itu, Deputi Bidang Koordinasi Prasarana dan Transportasi (Kemenko Marves) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin mengatakan, pemerintah masih perlu duduk diam untuk benar-benar mengkonsolidasikan persepsi mengenai hal tersebut apakah benar-benar tepat.

“Bukankah ini data center di suatu tempat, menghabiskan sumber daya kan? Kita butuh listrik, apalagi green electrical, misalnya kita butuh air pendingin,” kata Rachmat saat ditemui pers di Kemenko Maritim. Pelayanan penangkapan ikan dan penangkapan ikan Jumat (10/11/2024).

“Nah, kita juga bisa berpikir kalau pekerjaan ini bisa banyak dilakukan di Indonesia, misalnya kita pasang server di Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja baru? Kalau tidak, kita jadikan tempat parkir saja,” kan? Sekali lagi, “Apa yang kita coba (lihat), ini adalah “apa rencana kita untuk meningkatkan multiplier effect dari sektor ini? ” jelasnya.

Rachmat juga menegaskan, industri data center yang cenderung inovatif juga mempertimbangkan peluang nilai tambah apa yang ada di masa depan. Misalnya saja tentang kegunaan dan pengetahuan penerjemahan.

“Apa lagi yang bisa kita capai, misalnya dengan membuat atau merakit server, dan misalnya orang-orang belajar lebih banyak tentang pusat data, kecerdasan buatan, atau hal-hal seperti itu, kita memerlukan paket untuk itu juga, paket itu bisa melakukan itu.” Akankah itu terjadi?

Karena data center diposisikan sebagai salah satu sektor strategis yang benar-benar dapat memberikan manfaat bagi Indonesia, maka pemerintah dapat memberikan sejumlah insentif. Tentu saja hal ini bertujuan untuk mencegah masuknya perusahaan asing ke Indonesia.

“Pertama-tama kita harus memutuskan apakah kita akan mempertimbangkan investasi data center ini untuk kawasan strategis. Kalau iya, sepertinya yang ingin kita coba, kita punya model yang benar-benar memberikan insentif,” jelas Rachmat.

Belum bisa dipastikan pemerintah bisa memberikan insentif untuk menarik perusahaan asing mendirikan pusat di Indonesia. Namun dia mencontohkan energi murah bisa disediakan.

“Seperti batu bara (industri) yang kita berikan paling rendah), misalnya gas untuk beberapa industri, ya kita lihat energi-energi itu sebagai contohnya,” ujarnya.

“Kalau ambil contoh kecil saja, setahu saya misalnya mau bangun stasiun bisa beli listrik, harganya grosir (murah), harganya juga beda. Tinggal nanti, mungkin pemerintah bisa duduk bersama, pihak sektor akan melihat. Kalau begitu, tegasnya lagi, “Pantas saja, kita mau insentif seperti apa. untuk diberikan?” (rrd/rrd)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *