Seoul –

Korea Selatan memiliki cara yang efektif dalam menangani limbah makanan. Mendaur ulang sisa makanan merupakan hal yang mudah bagi warga, bagaimana caranya?

Padahal, bagi warga Korea Selatan, mendaur ulang sisa makanan, yakni makanan yang sudah siap disantap namun belum dimakan dan dibuang, sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Pemerintah Korea Selatan memperkenalkan sistem ini sebagai kampanye bayar sampah Anda, sebuah aturan yang mengenakan biaya kepada orang yang meninggalkan sampah berdasarkan jumlah sampahnya.

Cara ini sudah diterapkan sejak tahun 2013. Tujuannya untuk mendorong warga mengurangi sampah dan meningkatkan daur ulang.

Dikutip dari BBC, Senin (14/10/2024), pengalaman tersebut dipaparkan Yuna Ko, jurnalis BBC Korea yang berbasis di Seoul. Yuna membayar untuk mendaur ulang sisa makanannya. Sebuah mesin dengan sensor di berbagai bagian apartemen tempat dia tinggal menyimpan sisa makanan.

Yuna mengatakan sebagian besar warga mematuhi langkah-langkah daur ulang, termasuk ketentuan mengenai limbah aluminium, plastik, dan material lainnya. Warga yang membuang sisa makanan secara tidak benar akan dikenakan denda. Praktek ini banyak dijumpai khususnya pada bisnis restoran atau katering. Sampah yang tidak sesuai peraturan juga bisa terdeteksi oleh kamera keamanan.

“Misalnya di gedung saya ada peringatan dengan pesan: ‘Seseorang baru saja masuk tanpa izin dan membuang sisa makanan. Kami punya kamera keamanan dan kami mengawasi Anda. Jadi, jika Anda melakukan ini, Anda akan didenda. Bayar,'” kata Yuna .

Denda bagi keluarga bisa mencapai hingga 70 USD (Rp 1,095 juta) tergantung seberapa sering mereka melanggar. Untuk pelaku usaha, dendanya bisa melebihi 10 juta won (Rp 116,2 juta).

Dengan demikian, Korea Selatan dapat mendaur ulang hampir 100% sampah makanannya. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat (AS).

“Menurut data terbaru dari Sistem Pengelolaan Sampah Nasional, sekitar 4,56 juta ton sampah makanan (dari rumah tangga, usaha kecil, dan restoran) akan diolah setiap tahun mulai tahun 2022,” kata Ji-Cheol Jung, profesor di Institut Pertanian. Mereka yang berada di Universitas Nasional Gyeongsang melakukan penelitian terbaru tentang sistem daur ulang limbah makanan di Korea.

“Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,44 juta ton didaur ulang untuk kebutuhan lain. Artinya sekitar 97,5 persen sampah makanan didaur ulang,” tegasnya.

KITA. Badan Perlindungan Lingkungan memperkirakan bahwa 60 juta ton sampah makanan yang dihasilkan oleh rumah tangga, supermarket, dan restoran berakhir di tempat pembuangan sampah pada tahun 2019, dimulai dengan protes warga.

Sistem yang diterapkan Korea Selatan merupakan hasil upaya puluhan tahun. Pada tahun 1996, Korea Selatan hanya mendaur ulang 2,6 persen sampah makanannya. Setelah itu, perubahan ekonomi terjadi pada tahun 1980-an.

“Tahun 1980-an merupakan periode penting bagi perkembangan ekonomi Korea Selatan. Seiring dengan industrialisasi dan urbanisasi, muncullah permasalahan sosial. Salah satunya adalah pengelolaan sampah,” kata Jung.

Korea Selatan memiliki populasi 50 juta jiwa dan kepadatan penduduk 530 orang per kilometer persegi. Jumlah tempat pembuangan sampah meningkat karena perubahan ekonomi di Korea Selatan. Beberapa di antaranya berada di dekat kawasan padat penduduk, di mana warga memprotes sampah makanan yang bercampur dengan jenis sampah lain sehingga menimbulkan bau tidak sedap, menghasilkan limbah cair, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Membuang sisa makanan akan menjadi sumber metana. Ini adalah gas rumah kaca yang lebih kuat dari karbon dioksida, sehingga warga terpaksa menyelesaikan masalah pembuangan sampah.

“Ada koalisi yang kuat untuk bersama-sama menyelesaikan masalah sosial, dan dengan upaya nasional, kebijakan pengelolaan sampah pemerintah akhirnya menjadi sistem yang berlaku saat ini,” kata Jung.

Pada tahun 1995, pembuangan sisa makanan (TPA) tanpa memisahkan sisa makanan dari sampah umum dilarang secara hukum pada tahun 2005. Biaya limbah makanan (wet food waste fee atau WBWF) diperkenalkan dan masih berlaku hingga saat ini.

Sistem ini terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Aturan dasar: “Anda membayar setiap kali Anda menjatuhkan sisa makanan.” Saksikan video “Video: Polemik Jam Malam bagi Wisatawan di Desa Bukchon Hanok” (Fem/Fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *