Jakarta –

Pariwisata Turki sedang berkembang. Setelah kekalahan Yunani, pamornya lenyap.

Turki memang menjadi destinasi wisata dunia sebagai destinasi liburan hemat, namun kenaikan harga tidak bisa dihentikan. Liburan ke Turki sudah tidak murah lagi.

Itu sebabnya hotel-hotel di Turki kosong. Kafe dan restoran sepi di kawasan wisata.

Melansir The Mirror, pakar pariwisata memperkirakan situasi tersebut pada Senin (11/4/2024). Hamit Kok, kepala penasihat Persatuan Agen Perjalanan Turki, mengatakan wisatawan kelas menengah yang memiliki anggaran terbatas akan menderita akibat kenaikan harga. Mereka juga akan mencari tawaran wisata ekonomi di negara lain.

Pariwisata Turki diperkirakan akan menghadapi kesulitan di masa depan jika ingin mendapatkan kembali reputasinya sebagai destinasi murah. Tak hanya wisatawan mancanegara yang khawatir datang ke Turki, wisatawan domestik pun enggan berlibur ke negara tersebut karena inflasi yang tinggi.

Pesaing wisata terbesar Turki, Yunani, menawarkan visa kepada wisatawan Turki mulai 1 April 2024. Warga negara Turki dapat mengunjungi 10 pulau Yunani dengan visa ekspres selama 7 hari.

Strategi ini memaksa warga Turki datang ke Yunani untuk berlibur. Dalam sepuluh hari pertama bulan April, pulau Lesbos, Chios, Samos, Kos dan Rhodes menyambut 20,690 wisatawan Turki yang kemungkinan besar sedang berlibur di negara mereka.

Sebaliknya, beberapa hotel murah di destinasi liburan populer di Turki hanya terisi setengahnya, bahkan saat peak season.

“Di Bodrum, Marmaris, Fethiye dan Antalya, rata-rata tingkat hunian hotel di Bodrum, Marmaris, Fethiye dan Antalya sekarang 80 persen. Saya perkirakan hotel bintang dua dan tiga akan ditutup pada Oktober, dan hotel bintang empat di pertengahan bulan dan lima bintang.” – Hotel berbintang akan tetap buka hingga akhir Oktober,” kata Cook seperti dilansir Express.

Belakangan, Ketua DPRD Tarsab Mustafa Dimir mengatakan, karena ada biaya tertentu seperti listrik dan gaji pegawai, sebaiknya pelaku bisnis perhotelan memberikan diskon agar kamar tidak kosong sehingga bisa membayar gaji pegawai.

“Karena biaya tetap seperti listrik, pegawai, dan sewa hotel itu tetap, tapi biaya makan dan minum serta kebersihan lainnya berbeda. Para pelaku bisnis perhotelan kami menghitung dan mendiskon agar minimal kamar tidak kosong, bisa Bayar karyawannya dan tidak biarkan mereka lolos begitu saja. kata Demir.

Namun, ada penawaran menarik bagi Anda yang ingin lebih sering berwisata di Turki. Perusahaan perjalanan besar seperti easyJet dan TUI menawarkan diskon langsung di situs web mereka. Misalnya, easyJet menawarkan diskon mulai dari 100 Euro (Rp 1,6 juta) hingga 200 Euro (Rp 3,2 juta) untuk penerbangan, akomodasi, dan makanan.

Pakar perjalanan juga mengungkapkan keprihatinan mereka. Salah satunya, Sarah Donaldson, analis perjalanan senior di FastCover Travel Insurance, mengatakan pariwisata Turki semakin merosot karena inflasi dan merupakan alasan lain di balik kenaikan biaya akomodasi.

“Kami percaya bahwa alasan utama penurunan sektor pariwisata Turki adalah hiperinflasi, karena orang asing juga berjuang untuk membenarkan harga perumahan dan makanan. Bersama dengan negara-negara tetangga seperti Yunani, alternatif yang lebih terjangkau juga ditawarkan. mencari penawaran yang lebih baik,” kata Sarah.

Meski begitu, Sara tetap yakin pariwisata Turki masih bisa berjuang untuk mendatangkan kembali wisatawan yang berkunjung ke tempat lain. Sebagaimana disampaikannya dalam pernyataan pemerintah Turki, tingkat inflasi negara itu pada bulan Agustus turun dari 75 persen pada bulan Mei menjadi di bawah 25 persen.

“Dengan perkiraan pemerintah bahwa inflasi akan turun di bawah 42 persen pada akhir tahun ini, wisatawan yang berharap untuk mengunjungi wilayah tersebut akan segera mendapatkan harga yang lebih murah setelah suku bunga turun,” katanya.

Ia juga menginformasikan bahwa beberapa pejabat Turki mengatakan bahwa acara olahraga besar di Eropa telah mengurangi jumlah wisatawan di musim panas. Dengan Euro 2024 di Jerman dan Olimpiade di Paris yang menarik jutaan pengunjung, banyak wisatawan yang biasanya mengunjungi Turki mungkin memiliki rencana lain untuk tahun 2024.

Sementara itu, CEO LCD Ventures, Florian Wupperfeld, mengungkapkan keprihatinannya terhadap masa depan pariwisata di Turki yang dikenal sebagai destinasi sangat murah, kini perlahan mulai ditinggalkan.

“Turki dikenal sebagai tujuan anggaran, kelas menengah merasakan tekanan inflasi yang lebih kecil dibandingkan kelas atas,” kata Florin.

Meski Turki unggul dari segi infrastruktur dan fasilitas, namun masih menghadapi kesulitan dalam meningkatkan wisata budayanya.

Lihat juga foto: Oey Tjin Eng, Penjaga Benteng Kebudayaan Tionghoa

Saksikan video “Promosi Pariwisata Kemenparekraf dalam Program Libur Nasional 2025” (upd/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *