Tel Aviv –
Israel merasakan dampak nyata dari tindakan pasukan militernya yang melakukan pengeboman terhadap warga Palestina. Israel mengalami penurunan jumlah wisatawan hingga hotel-hotel di negara itu terancam bangkrut.
Menurut laporan Asosiasi Hotel Israel (IHA), 10% hotel di Israel terancam bangkrut. IHA mewakili 450 hotel di Israel dan mempekerjakan sekitar 42.000 orang di hotel-hotel tersebut.
IHA mencatat bahwa antara Januari dan Juni 2024, sektor perhotelan di sana akan berjuang untuk meningkatkan keuangannya. Terutama hotel-hotel di daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatannya. Mereka baru merilis laporan ini kemarin pada 24 Juli.
Hotel-hotel di sepanjang perbatasan utara telah ditutup selama 10 bulan sejak dimulainya perang Gaza. Pada saat yang sama, daerah-daerah yang menerima pengungsi, seperti Laut Mati dan Eilat, mengalami peningkatan jumlah tempat tinggal.
Bapak Sivan Detauker CEO IHA menyampaikan bahwa untuk dapat bertahan di industri ini, semua pihak harus dapat bekerja sama untuk menciptakan keselamatan industri dan tidak ada perusahaan lain yang gulung tikar.
“Melindungi industri pariwisata adalah kepentingan nasional dan semua pihak yang terlibat harus bekerja sama untuk mencegah penutupan hotel. Dan juga untuk meningkatkan keamanan bagi industri yang telah terbukti menjadi aset strategis Israel,” kata Yedioth Ahronoth, Jumat. (26/7/2024).
Terkait perang yang terjadi, Pak Sivan juga menyampaikan bahwa sektor yang menjadi tanggung jawabnya mengalami berbagai kesulitan dan salah satunya adalah kekurangan tenaga kerja. Dan yang paling berpengaruh adalah ketidakpastian perekonomian yang membuat masa depan sektor tersebut sulit diprediksi.
Laporan IHA melanjutkan, hanya sekitar 969.000 wisatawan yang datang pada paruh pertama tahun 2024. Jumlah tersebut turun 81% dari periode yang sama tahun 2019 dan turun 84% dari periode yang sama sebelum COVID-19.
Penurunan terjadi di wilayah yang sering dikunjungi wisatawan asing seperti Nazareth dan Yerusalem serta Tel Aviv. Kementerian Pariwisata Daerah menginformasikan bahwa: antara bulan Januari hingga Juni 2024, jumlah wisatawan mengalami penurunan sekitar 5.100.000 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 2 juta wisatawan.
Sebaliknya, jumlah rumah tangga dalam negeri mencapai 10,4 juta jiwa, meningkat 53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, rata-rata setengahnya adalah pengungsi.
Pada kuartal pertama, banyak pengungsi dari selatan meninggalkan hotel pengungsi. Banyak juga yang berasal dari utara.
Terakhir, tingkat lapangan kerja mencapai tingkat yang lebih tinggi di wilayah yang menampung imigran dari utara, seperti Haifa, Netanya, Tiberias, dan Herzliya. Dengan total okupansi mencapai 62%, turun 1% dari tahun 2019 dan turun 6% dari tahun 2019.
Tel Aviv mengalami tingkat okupansi sebesar 57%, angka tersebut menurun sebesar 11% jika dilihat pada tahun lalu, dan dibandingkan tahun 2019 angka tersebut mengalami penurunan sebesar 25%. Tingkat hunian di Yerusalem hanya mencapai 41%, turun 31% dari tahun lalu dan 43% dari tahun 2019.
Setelah itu, okupansi Nazareth tercatat 33, turun 40% dari tahun lalu, dan turun 52% dari tahun 2019.
Di tengah angin buruk yang menerpa pariwisata Israel. Di sisi lain, angin segar bertiup di bidang pariwisata di Lebanon. Kunjungan wisatawan ke negara tersebut terus meningkat meskipun ada serangan Israel terhadap ibu kota Ruth.
Presiden Asosiasi Wisatawan dan Pariwisata Jean Abboud menjelaskan pada 15 Juli lalu, wisatawan yang melewati Bandara Internasional Rafik Hariri di ibu kota Beirut mencapai 14.000 orang.
Mr Jean berkata: “Jika perdamaian di kawasan yang telah dibahas saat ini berhasil, musim panas ini akan menjadi hal yang sama seperti tahun lalu.
Sementara itu, surat kabar Maariv menyebut negara Israel sebagai “negara runtuh”, menurut laporan mereka, sekitar 46.000 bisnis di Israel harus ditutup. Hal ini merupakan dampak dari serangan yang terus terjadi dan dampaknya sangat terasa pada perekonomian.
“Ini adalah jumlah yang sangat besar yang mencakup berbagai sektor. Sekitar 77 persen usaha yang tutup sejak dimulainya perang, sekitar 35.000 usaha kecil dengan sedikitnya lima karyawan dan yang paling rentan terhadap dampak ekonomi,” ujarnya. kata sang CEO. dari CofaceBdi, perusahaan penyedia layanan informasi dan manajemen risiko kredit, Yoel Amir. Tonton video “Menteri Pertahanan Israel Berharap Berurusan dengan Hamas, Ingin Bebaskan Sandera” (wsw/fem)