Jakarta –
Kebudayaan Indonesia sangat kaya. Wisatawan bisa melihat buktinya melalui Pameran Rantai Lagu di Museum Tekstil.
Museum Tekstil menyajikan pengalaman dan pengetahuan kain songket dari berbagai daerah di Indonesia dalam pameran “Beda Tradisi dan Keindahan” Songket Vastra Indonesia.
Pameran pertama berlangsung dari awal Juni hingga 26 Juli. Namun durasi pameran ini akhirnya diperpanjang hingga 31 Agustus 2024.
Sekitar 75 tekstil dari seluruh Indonesia dipamerkan di Museum Tekstil. Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Maluku merupakan perwakilan kain wastafel di sini.
DetikTravel berkesempatan mengunjungi pameran rangkaian lagu pada Selasa (30/7) didampingi Ilma Karnain, guru museum tekstil.
Menariknya, pameran pakaian Santaket ini merupakan koleksi pakaian langka. Menurut Ilma, kain-kain yang dipamerkan saat ini berasal dari tahun 1920-an hingga 1960-an.
“Koleksi di sini dari tahun 1920an hingga 1960an,” kata Ilma.
DetikTravel juga diajak melihat koleksi yang dipamerkan di museum tekstil. Terdapat beberapa ruangan yang menampilkan berbagai jenis lagu sesuai dengan daerah asalnya.
“(Lagu) ini dari palembang. Ciri khas palembang adalah penggunaan benang yang namanya emas hati. Jadi songket palembang itu benar-benar emas yang bersinar karena kandungan emas pada benangnya paling banyak sekitar 80 persen, itu emas asli,” ucapnya. . dia berkomentar. .
Selain menjelaskan seperti apa bunyi sebuah lagu, Ilma juga menjelaskan berbagai jenis lagu dan cara pembuatannya. Kain songket biasanya hanya terdapat pada bagian atas dan bawah kain, bila sudah penuh pada seluruh kain disebut songket alder.
Melanjutkan lingkarannya, Ilma menampilkan jalinan lagu yang berasal dari Minangkabau. Terdapat motif batah Kacang yang bermakna keadilan dalam pengambilan keputusan.
“Lagu Minangkabau ini menunjukkan filosofi masyarakat Minangkabau. Jadi, filosofi masyarakat Minangkabau adalah ‘alam berperan sebagai guru’ yang mereka pelajari langsung dari alam,” jelasnya.
“Itulah motivasi di balik selai kacang, yaitu kacang yang dibelah dua, dan kedua bagiannya harus sama persis. Jadi filosofinya, ketika kita mengambil keputusan, harus adil,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan, ada salah satu lagu daerah Timor yang disebut sebagai teknik songket paling rumit di Indonesia.
“Jadi di atas kain utama dililitkan benang tambahan sehingga bagian depan dan belakang terlihat seperti motif dan terlihat lebih 3D,” ujarnya.
Baju lagu dipakai oleh laki-laki sebagai pelindung perut. Ini terutama digunakan untuk pria dan dipakai dalam perang kuno.
“Kalau dari Sumba dulu, namanya ruhubang, jadi dipakai di perut untuk melindungi dari senjata tajam, jadi digulung sampai kental. Di Sumba masih ada upacara pasola, itu orang yang menunggangi kuda, he membawanya. lalu senjata. “Beginilah perang digambarkan,” kata Ilma.
Dengan lagu dan filosofinya yang berbeda, musik Indonesia adalah cara lain untuk mempelajari budaya tanah air. Ilma juga mengatakan, pertunjukan lagu ini dimaksudkan sebagai ajang edukasi untuk mengenal lebih jauh budaya Indonesia.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa banyak lagu di acara itu diikuti oleh seseorang. Itu sebabnya beberapa kain di sini disebut koleksi langka, dan salah satunya adalah songket ija asal Aceh.
“Tujuan dari diadakannya pameran lagu ini adalah untuk pertama-tama mengenalkan keberagaman pesona dan tradisi lagu Indonesia, yang mana lagu tersebut bukan hanya milik Sumatera, namun di banyak daerah di Indonesia masih terdapat lagu-lagu yang belum ada yang meneruskannya. Oleh karena itu, kami “Perlu diketahui juga bahwa kekayaan kita ini benar-benar akan pulih,” ujarnya. Simak video “Tingkatkan Pelayanan Kesehatan, Indohealthcare Gakeslab Expo 2024 Resmi Dibuka” (wsw/wsw)