Jakarta –
Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan banyaknya aksi mogok kerja yang berujung pada gelombang PHK sebanyak 44.000 pekerja. Ini merupakan pengurangan staf bulanan terbesar sepanjang tahun.
Melansir CNN, Sabtu (26/10/2024), perkiraan pengurangan tersebut berlaku untuk beberapa perusahaan yang menghadapi pemogokan buruh karena berbagai alasan di AS.
Sebagian besar dari 44.000 pekerja yang diberhentikan adalah pekerja Boeing yang telah melakukan mogok kerja selama lebih dari sebulan.
Seperti diketahui, baru-baru ini produsen pesawat raksasa Boeing melaporkan akan memberhentikan sekitar 10 persen tenaga kerjanya dalam beberapa bulan mendatang akibat pemogokan buruh dan kerugian yang dialami perusahaan selama lima tahun terakhir.
Pemogokan yang dilakukan oleh serikat pekerja Asosiasi Masinis dan Pekerja Dirgantara Internasional (IAM) yang beranggotakan 33.000 orang menghentikan jalur produksi perusahaan, membuat banyak calon pelanggan ragu untuk memesan pesawat dari Boeing.
Bahkan lembaga analis kredit Standard & Poor’s mengatakan pemogokan yang menghentikan sebagian besar produksi jet komersial perusahaan itu telah menimbulkan kerugian sekitar $1 miliar atau Rp 15,57 triliun sebulan, sehingga memaksa perusahaan melakukan pemotongan.
Meski begitu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS juga melaporkan adanya surplus penyerapan angkatan kerja, dimana pada Oktober 2024, jumlah lowongan masih melebihi jumlah pegawai yang di-PHK sebelumnya.
“Sekarang kita tidak lagi melihat laporan negatif (PHK melebihi jumlah lowongan) pada bulan Oktober,” kata kepala ekonom RSM Joe Brusuelas kepada CNN.
“Jadi kami perkirakan akan ada peningkatan total 120.000 lapangan kerja, dan itu sudah bagus. Namun, kemungkinan besar hal itu akan meremehkan laju sebenarnya penciptaan lapangan kerja baru dalam perekonomian,” jelasnya lagi.
Tonton videonya: Prediksi para ahli tentang sektor-sektor yang akan terkena dampak gelombang PHK
(jam/jam)