Jakarta –

Di Jepang, banyak anak muda yang takut mati sendirian, meskipun mereka hidup sendiri. Mereka juga menggunakan banyak cara untuk menghindari kematian sendirian, termasuk mengandalkan aplikasi untuk mendapatkan bantuan, seperti yang dilakukan Shota Terazono (bukan nama sebenarnya). Selama periode ini, Shota yang berusia 29 tahun tinggal sendirian di apartemennya di Prefektur Saitama. Secara fisik ia mengaku sehat dan tidak ada keinginan untuk bunuh diri, namun di sisi lain ia juga menderita depresi. Dia takut suatu hari nanti dia akan mati sendirian karena sebab-sebab yang tidak diinginkan.

Aplikasi yang dapat digunakan secara gratis ini bertujuan untuk meringankan masalah isolasi ekstrem yang saat ini terjadi di Jepang. Hidup sendirian adalah sebuah kenyataan yang semakin umum di Jepang. Hal ini dapat meningkatkan risiko kodokushi atau kematian karena kesepian.

“Mereka bertanya-tanya mengapa pria berusia 20-an khawatir tentang sesuatu seperti mati sendirian,” kata Shota, seperti dikutip Japan Today, Senin (9 September 2024).

Menurutnya, orang-orang yang tumbuh dalam keluarga “normal” dan dipenuhi banyak kebahagiaan bertanya-tanya akan hal ini. Selama ini, dia belum pernah merasakan hal seperti itu.

Sejak kecil, ia di-bully oleh kakaknya yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Dia diancam setiap hari dengan kekerasan yang semakin meningkat, bahkan dari ibunya. Shota tumbuh dalam keadaan bingung, stres, depresi, dan bahkan tidak berdaya.

Saat ini dia bekerja di apartemennya. Shota mengaku gajinya sangat kecil dan sama sekali tidak memikirkan pernikahan.

“Saya tidak tahu bagaimana mengubah hidup saya,” kata Shota seraya menambahkan bahwa ia harus menanggung kehidupan adik laki-lakinya, yang juga menjadi korban lainnya.

(avk/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *