Jakarta –
Para ilmuwan mengatakan mereka telah memecahkan misteri pohon kehidupan tertua. Tanaman ini banyak ditemukan di seluruh benua hitam, Afrika.
Mengutip BBC, Jumat (17/5/2024), menurut penelitian DNA, pohon ikonik ini pertama kali muncul di Madagaskar 21 juta tahun lalu.
Kemudian benih tersebut dibawa melalui gelombang laut ke Australia dan juga ke daratan Afrika, dimana muncul berbagai spesies.
Para peneliti menyerukan lebih banyak upaya untuk melindungi pohon tersebut, yang menurut mereka lebih dekat dengan kepunahan daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Baobab dikenal sebagai “pohon kehidupan” atau “pohon terbalik” karena bentuknya yang aneh dan umurnya yang panjang. Pohon-pohon ini berada dalam bahaya akibat perubahan iklim dan penggundulan hutan.
Dr Ilia Leitch dari Royal Botanic Gardens, Kew, melakukan penelitian terhadap pohon ini bersama suaminya, Profesor Andrew Leitch dari Queen Mary University of London.
“Kami telah menelusuri asal usul baobab, yang merupakan simbol keanekaragaman tumbuhan dan hewan serta penopang manusia,” ujarnya kepada BBC.
“Dan data tersebut akan memungkinkan kami memberikan wawasan baru tentang cara melindungi dan melindungi masa depan mereka,” tambahnya.
Para peneliti mempelajari delapan spesies baobab, enam di antaranya berasal dari Madagaskar, satu spesies endemik Afrika, dan satu lagi berasal dari barat laut Australia.
Mereka menyerukan perlindungan yang lebih besar terhadap dua spesies Malagasi yang terancam punah, termasuk baobab terbesar dan paling terkenal di Madagaskar, baobab raksasa.
Baobab adalah salah satu pohon paling menarik di dunia, terkait erat dengan budaya dan tradisi lokal.
Di Malagasi dikenal sebagai “Hutan Induk”, “Pohon Terbalik” dan “Pohon Kehidupan”.
Pohon-pohon ini dapat hidup ribuan tahun, tumbuh hingga ukuran besar dan menyimpan banyak air di batangnya untuk bertahan di musim kemarau.
Buahnya dianggap sebagai makanan super dan batangnya dapat digunakan untuk membuat serat untuk tali atau pakaian.
Pohon ini menghasilkan bunga putih besar yang mekar saat senja, menarik kelelawar penyerbuk yang melakukan perjalanan jauh untuk memakan nektar, dan merupakan habitat penting bagi burung.
Penelitian ini melibatkan kolaborasi antara Wuhan Botanical Garden (China), Royal Botanic Garden (Kew, UK), University of Antananarivo (Madagascar) dan Queen Mary University of London (UK).
Saksikan video “Berenang Akhir Pekan Menikmati Fasilitas Hotel Mewah di Bandung” (msl/fem)