Jakarta –
Brain Cipher merupakan seorang hacker yang menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 dengan uang tebusan. Untuk saat ini siapa dalang dibalik kode otak tersebut masih menjadi misteri. Awalnya mereka menuntut uang tebusan sebesar 8 juta dollar AS atau sekitar 131 miliar sebagai syarat penyerahan kunci enkripsi PDNS 2, namun diragukan akan diberikan secara cuma-cuma.
“Sejauh ini kami sudah mengidentifikasi mereka (penjahat dari luar negeri). Tidak (internal),” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezer Patria sebelumnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi mengaku mengetahui terduga pelaku serangan siber ransomware yang menjatuhkan PDNS 2. Budi mengatakan, hal itu berasal dari pria yang dituduh merusak pusat data selama berhari-hari. Pelaku perorangan.
“Nanti dalam waktu yang tidak lama lagi, kami akan menjelaskan kepada masyarakat siapa pelakunya, apa motifnya. Yang pasti bukan dari negara tapi dari orang-orang yang bermotif finansial,” kata Budi di DPR. RI. Gedung, Jakarta, Kamis malam (27/6).
Namun pelaku penyerangan belum teridentifikasi. Perkembangan terkini, Brain Cipher mengumumkan akan merilis data dari Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang telah mereka sandera selama hampir dua minggu.
Pernyataan itu disampaikan di sebuah forum, yang tangkapan layarnya diposting oleh @stealthmole_int di X/Twitter. Dalam pernyataan ini, Brain Cipher akan memberikan kunci untuk mendekripsi data secara gratis.
“Pada hari Rabu kami akan membagikan kuncinya secara gratis.” Kami berharap serangan kami akan membuat Anda menyadari pentingnya pendanaan industri ini dan mempekerjakan ahli yang berkualitas,” tulis mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa serangan tersebut tidak memiliki muatan politik, namun hanya sekedar “pentest” yang diblokir dengan pembayaran. Brain Shipher meminta maaf atas tindakannya yang berdampak pada banyak orang. Mereka mendesak masyarakat untuk merasa mendapat informasi dan bebas mengambil keputusan.
Di akhir postingan, Brain Cipher menyatakan akan menerima donasi sukarela yang dapat dilakukan melalui dompet digital Monero. Mereka juga menjamin bahwa donasi ini bersifat sukarela dan akan tetap memberikan kunci dekripsi secara gratis.
“Kami akan membuka dompet Monero untuk donasi, mudah-mudahan Rabu depan (Az-red) kami sudah punya sesuatu.” (Dan kami ulangi lagi: kami memberikan kunci ini secara gratis dan atas inisiatif kami sendiri)”, kata seorang yang diduga pakar keamanan.
Pakar keamanan skeptis terhadap perilaku Brain Cipher. Faktanya, bukanlah hal baru bagi distributor ransomware untuk memberikan kunci untuk mendekripsi data yang mereka sandera. Alphonse Tanujaya, supervisor keamanan siber di Akuncom, mengalami kejadian serupa.
Ia mengaku mendukung organisasi nirlaba bernama Karjabel yang menjadi korban uang tebusan. Ketenagakerjaan ini adalah organisasi yang melayani penyandang disabilitas untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan. “Yah, mereka menemukan catatan tebusan, jadi mereka menghubungi saya untuk meminta bantuan,” jelas Alphonse.
Karena datanya sudah dienkripsi, Alphonse akhirnya membantu menghubungi distributor ransomware. Yakni melakukan negosiasi, dengan menjelaskan bahwa yang diserang ransomware adalah organisasi yang membantu masyarakat berkebutuhan khusus.
“Awalnya mereka tidak percaya. Kemudian kami mengirimkan file-file tersebut kepada mereka. Oh betul, dua hari kemudian kita kirim (kuncinya),” kata Alphonse yang diperkenalkan usai seminar 10 Korban Ransomware Indonesia 2024: Dampak dan Seminar. Antisipasi digelar di Jakarta, Selasa (2/7).
Menurutnya, memang ada hacker yang mempunyai niat baik. Namun, menurut dia, kasus ransomware yang menimpa PDNS 2 bukan karena belas kasihan. “Ini adalah yayasan yang bekerja untuk anak-anak penyandang disabilitas. Jangan samakan Cominfo dengan yayasan itu,” tutupnya.
Terkait Alphonse, Presiden Forum Keamanan Siber Indonesia (ICSF) Ordi Suteja mengatakan keluarnya data yang sebelumnya terinfeksi ransomware merupakan anomali dalam dunia peretasan. Selain itu, data key PDNS 2 diberikan secara gratis.
“Sebenarnya ada anomali karena hal ini belum pernah terjadi, kasus dimana penjahat ransomware meminta uang tebusan namun kini ingin memberikannya secara gratis.” Menurut kami, ini sebuah anomali. Aneh,” kata Ardi saat dihubungi. oleh detikINET.
Terkait perubahan niat peretas PDNS 2, Ardi mengatakan pemerintah harus melakukan penelitian lebih lanjut. Hal ini bertujuan agar Anda tidak mudah terjebak yang bisa berakibat fatal seiring menyebarnya ransomware.
“Ada dua kemungkinan. Ada dua kelompok, yang pertama mengaku yang pertama meminta uang tebusan dan yang kedua kelompok lain karena nada pesannya juga berbeda,” kata Ardi.
“Kita juga harus memahami psikologi penjahat.” Itu diberikan secara gratis, mungkin diberikan dengan malware, kita tidak tahu. Kalau coba dibuka bisa lebih dahsyat,” ujarnya.
Dalam hal ini, fokus pada pemulihan layanan publik yang menurut Brain Cipher akan membersihkan data belum teralihkan. “(Bagi Cominfo) sudah tepat jika memprioritaskan pemulihan sistem untuk memulihkan pelayanan publik, fokuslah pada itu. Kalau lain-lain biar ahlinya seperti kepolisian, cybercrime, BSSN, dan intelijen yang menanganinya,” tutupnya. Simak video “Tolak Bayar Uang Tebusan, Cominfo Amankan Data yang Dimiliki Hacker” (fyk/fay)