Jakarta –
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan kekurangan beras Indonesia pada bulan Juni sebesar 450.000 ton. Menteri Pertanian Amran Suleiman mencontohkan beberapa faktor yang terus menghambat kondisi pertanian di Indonesia.
Pertama, Amran mengatakan tingginya harga pupuk masih menjadi kendala bagi petani. Ia mengatakan kenaikan harga pupuk disebabkan oleh kenaikan bahan baku pupuk global sebesar 230%.
“Situasi sekarang minus 4,7 juta ton, berdampak pada situasi pertanian. Pertama-tama, beri tahu kami, kemarin pupuk kita tertinggi di 50%. Maksudnya apa? Tidak mungkin bisa swasembada. Bagaimana situasi kita?” Diharapkan kita harus Berapa banyak yang diimpor?
Dampaknya, alokasi anggaran untuk pupuk berkurang. Amran mengatakan dana APBD tersebut seharusnya cukup untuk memproduksi 4,8 juta ton pupuk. Padahal kebutuhan pupuk Indonesia mencapai 9,55 juta ton.
Untuk itu, ia menggelar rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, alokasi anggaran untuk pupuk kembali dipertahankan pada tingkat semula.
“Kenapa turun 50%? Karena harga bahan baku pupuk dunia naik 230%, jadi harganya naik,” jelasnya.
Selain itu, perbaikan irigasi tidak memadai dan peralatan serta mesin pertanian tidak didukung dengan baik. Masalahnya adalah irigasi menetapkan jadwal pemompaan. Nantinya, program tersebut akan dipadukan dengan tank buatan pemerintah.
Apalagi El Niño masih melanda Indonesia. Dalam satu dekade terakhir, El Niño sudah dua kali masuk ke Indonesia. Meskipun El Niño biasanya berlangsung selama ratusan tahun.
Alhasil, fenomena unik pun bermunculan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Amran menjelaskan, para petani dilanda kekeringan usai menanam padi.
“Dua minggu turun hujan setelah petani menanam benih, dan hujannya hilang. Kita bayangkan setelah tanam 100.000 hektar, El Niño datang dua minggu, tiga minggu. Kalau dua minggu pasti mati. Nah, ini belum pernah terjadi”, jelasnya.
Baca Juga: Luhut Ditunjuk Jokowi untuk Kelola Akuisisi Perusahaan Beras Kamboja oleh Bulog
(rd/rir)