Jakarta –
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Suleiman mengajak negara-negara anggota G20 untuk meningkatkan produksi pangan sebagai bagian dari upaya menjaga sumber daya alam. Hal itu diumumkan pada pertemuan Menteri Pertanian G20 di Chapada dos Guimaraes, Brazil pada Kamis (12/9).
Dalam kesempatan tersebut, Amran memuji pemerintah Brazil sebagai Presiden G20 yang mengambil tema ‘Membangun Dunia yang Adil dan Berkelanjutan’.
“Topik penting ini menjadi pedoman diskusi kita mengenai pertanian global dan ketahanan pangan, terutama isu-isu kritis,” kata Amran dalam keterangannya, Jumat (13/9/2024).
Amran menyoroti empat poin penting dalam pertemuan tersebut. Pertama, pertanian dan produksi pangan menghadapi tekanan yang semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi global yang mencapai 8,6 miliar pada tahun 2030. Produksi pangan dan konservasi sumber daya alam harus berjalan beriringan.
“Di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus melakukan transformasi sistem pertanian dan pangan dengan mengedepankan prinsip kepemimpinan lokal, kolaborasi, pertukaran perubahan, perubahan, perubahan dan stabilitas,” jelasnya.
Hasilnya, Indonesia berhasil mencapai keberhasilan dalam beras pada tahun 2017, 2019, 2020 dan 2021, serta surplus dalam jagung, bawang merah, kelapa sawit, ayam, dan telur selama bertahun-tahun. Produk-produk tersebut mampu memenuhi kebutuhan 281 juta penduduk Indonesia.
Amaran mengatakan pada Agustus lalu, Indonesia mendapat kehormatan menerima FAO Agricola Medal, penghargaan tertinggi yang merupakan pengakuan internasional atas komitmen Indonesia terhadap pertanian yang kuat dan stabil.
Menurutnya, strategi tersebut difokuskan pada perubahan dan solusi baru untuk mewujudkan energi dan keberlanjutan dengan menggunakan sumber daya alam dan manusia serta teknologi modern.
Saat ini, Indonesia berfokus pada peningkatan produktivitas pedesaan untuk mendorong kesetaraan gender, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan, meningkatkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan dunia usaha.
Kedua, Indonesia menyadari bahwa petani kecil, masyarakat adat, keluarga petani, termasuk perempuan dan generasi muda, berperan penting dalam ketahanan pangan, pengelolaan berkelanjutan, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Indonesia penting bagi pertanian keluarga, mengingat pentingnya lebih dari 28 juta keluarga petani dan nelayan.
“Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap Dekade Pertanian Keluarga PBB, Indonesia telah melaksanakan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pertanian Keluarga tahun 2020-2024 dan sedang melaksanakan RAN tahun 2024-2030,” tambah Amaran.
Ketiga, sebagai negara kepulauan yang 65% wilayah Indonesia adalah lautan, penangkapan ikan sangat penting bagi perekonomian. Pada tahun 2023, Indonesia akan mengekspor 1,2 juta ton produk ikan ke dunia.
Menyusul Deklarasi Pemimpin G20 Bali pada November 2022, Indonesia telah menerapkan strategi Ekonomi Biru untuk mengelola kesehatan laut sesuai dengan Pedoman FAO untuk Budidaya Perairan Berkelanjutan.
Keempat, Indonesia juga menyadari bahwa konflik perdagangan internasional berdampak pada ketahanan pangan pertanian di negara-negara berkembang. Transparansi dan kesederhanaan bisnis sangat penting untuk mengatasi tantangan ini.
Di akhir pidatonya, Amaran menyampaikan bahwa Indonesia kembali menegaskan dukungannya terhadap dokumen pertemuan tersebut dan menyerukan kepada seluruh anggota G20 agar pembangunan pertanian dan pangan berdampak baik.
“Dengan bekerja sama dan berbagi praktik terbaik, G20 dapat mengatasi tantangan, memperkuat kerja sama, dan membangun masa depan yang lebih adil dan sejahtera,” tutup Amaran. Saksikan video “Cerita Menteri Pertanian tentang Petani yang Tuntut Kebijakan HPB” (prf/ega)