Jakarta –

Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (MenEkraf/KaBekraf) Teuku Riefky Harsya mendorong koordinasi antara pemerintah dan pelaku ekonomi kreatif untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia.

Dalam pertemuan dengan para pelaku ekonomi kreatif yang digelar di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Kamis (14/11/2024), Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky bersama Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengatakan pemerintah membutuhkan peserta. , khususnya pelaku ekonomi kreatif. Dijelaskannya, kerja sama departemen ekonomi kreatif dengan kementerian lain seperti Kementerian Kebudayaan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi sangat penting untuk mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional (the new engine of growth). ).

“Kami terbuka untuk menentukan bersama-sama subsektor mana yang lebih fokus pada ekonomi kreatif, industri, atau budaya. Dengan begitu, kita bisa mengambil langkah bersama untuk menyelesaikan kebingunan yang dirasakan masyarakat. Karena tentunya kita menginginkan kreatif ekonomi menjadi kekuatan ekonomi baru di Indonesia,” kata Menteri Ekonomi Kreatif Riefky dalam keterangan resmi, Sabtu (16 November 2024).

Doktor Ekonomi Kreatif ini mempertemukan lebih dari 200 aktivis dari berbagai sektor ekonomi kreatif. Tujuan dari tim ini adalah untuk mendorong pengungkapan pentingnya ekonomi sirkular yang mencakup budaya dan ekonomi kreatif secara langsung dan berkelanjutan.

Kerjasama pemerintah dengan seluruh sektor ekonomi kreatif dinilai sangat penting untuk mengoptimalkan potensi industri ini. Sinergi yang baik dapat mengurangi distorsi dan fluktuasi antara aktivitas pelaku ekonomi kreatif dengan arah kebijakan pemerintah.

Gupta mengatakan, “Kondisi saat ini belum ideal. Ada kontradiksi dan kesenjangan antara apa yang dilakukan pelaku ekonomi kreatif dengan kebijakan yang dirumuskan pemerintah. Sekarang yang ingin kita diskusikan adalah bagaimana mendamaikan keduanya.” Sitorus, pendiri Museum Pangan Indonesia dan pendiri Pekan Dessert Indonesia mewakili subsektor kuliner.

Dalam kesempatan ini pula para pelaku ekonomi kreatif menyampaikan pandangan dan pendapatnya mengenai kendala atau kendala yang dihadapi, baik dari atas hingga bawah.

Persoalan yang dibahas antara lain adalah pengelompokan subsektor ekonomi kreatif di luar 17 subsektor yang ada saat ini, serta penyusunan rencana strategis yang lebih komprehensif. Selain itu, juga dibahas usulan penggunaan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebagai indikator alternatif penilaian kinerja, selain kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) dan nilai tambah.

“Tolok ukur lain seperti CAGR dapat digunakan untuk menilai perkembangan ekonomi kreatif suatu negara. Selain rasio PDB, penting juga untuk melihat kontribusi subsektor di bidang lain, seperti desain,” kata Richie. Ned Hansel, Presiden Asosiasi Desain Grafis Indonesia.

Terkait hal tersebut, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar yang memiliki pengalaman berbisnis menyampaikan pemahamannya terhadap tantangan yang dihadapi para pelaku ekonomi kreatif. Ia menegaskan, pemahaman yang diperoleh akan menjadi catatan penting untuk pemantauan ke depan.

“Memiliki pengalaman di sektor swasta, saya memahami perjuangan ini. Kami berbicara dengan Bappenas tentang pengumpulan data mengenai isu-isu terkini. Sehingga kita bisa bekerja sama untuk mendorong ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru yang akan membawa kita.” menuju Indonesia emas,” kata Irene Umar.

Sementara itu, Ketua Komite Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Diaz Hensuk yang hadir dalam pertemuan tersebut, optimistis Kementerian Ekonomi Kreatif kini dapat menjadi bantuan yang berharga bagi para pelaku ekonomi kreatif.

Diaz Hensuk mengatakan, “Menurut saya, waktu tinggal 25 hari lagi, dengan adanya pertemuan ini saya sangat melihat harapan yang ada. Saya yakin Pak Menteri dan Wakil Menteri bisa menjadi penolong yang sangat baik bagi seluruh pelaku ekonomi kreatif. .” (fdl/fdl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *