Jakarta –
Uni Sapitri (29) bertahun-tahun tinggal di rumah bambu bobrok di Desa Pasar Keong, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Dindingnya terbuat dari bahan anyaman yang rapuh dan lapuk, jauh dari kata nyaman apalagi nyaman.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah kamar mandi. Hanya ada toilet sederhana dan ember plastik untuk menampung air, tidak ada keramik. Kotor dan tentunya tidak memenuhi standar kebersihan kesehatan.
Uni memiliki dua orang anak bersama suaminya Humaedi (35), yang bekerja di bidang konstruksi. Anak pertama berumur 8 tahun, anak kedua baru berumur 23 bulan.
“Sekarang beratnya 10 kilogram,” kata Uni kepada wartawan, Rabu (30/10/2024) tentang kondisi anak keduanya.
Anak kedua Uni yang belum genap berusia 2 tahun berada pada tahap perkembangan kritis. Gizi yang cukup dan lingkungan yang sehat sangat penting untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Namun kondisi rumah mereka yang memprihatinkan menempatkan kedua anak Uni tersebut dalam risiko yang tidak bisa dianggap remeh. Stunting menghantui anak-anak tersebut sepanjang tumbuh kembangnya.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dr. “Sanitasi, MCK (mandi siram toilet) dan kondisi rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan,” ujar Wihaji, SAg, MPd. Mengunjungi Rumah Uni.
Menurut Wihadji, sanitasi yang tidak memadai menjadi ancaman besar bagi kesehatan. Terbatasnya akses terhadap kebersihan dasar meningkatkan risiko penyakit menular seperti diare dan cacingan, yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi serta menghambat tumbuh kembang anak.
Sebanyak 30 keluarga berpenghasilan rendah di Desa Pasar Keong, termasuk keluarga serikat pekerja, saat ini menerima bantuan dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Bantuan yang diberikan melalui kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lebak berupa tindakan renovasi rumah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.
Rumah Uni sedang dalam renovasi. Dinding kamar mandi telah diganti dengan beton dan lantai dengan ubin keramik agar lebih mudah dibersihkan. Kemudian dinding rumah yang semula hanya ditenun dari bambu akan diganti dengan beton sehingga menjadi lebih tahan lama.
Selain perbaikan fasilitas, bantuan lain yang diberikan antara lain edukasi pentingnya gizi dan teknik pengasuhan yang benar. Mengingat penghasilan suami saya yang hanya berkisar 50 ribu saja. Rp per hari, tidak dapat disangkal bahwa makan dengan benar merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Pendekatan terpadu intervensi kesehatan dan pendidikan gizi seperti ini diharapkan dapat membantu anak tumbuh sehat dan mencegah stunting. Menurut Wihaji, hasilnya akan dievaluasi pada tahun-tahun mendatang.
Makanya saya ingin warga di sini diawasi, kata Wihaji.
“Jangan biarkan ini berakhir tanpa pengejaran,” dia memperingatkan. Tonton “Video: Penyusutan dapat mempengaruhi tinggi badan dan keturunan” (atas/atas)