Jakarta –
Pada Januari hingga Juli 2024, jumlah pekerja yang terkena PHK masing-masing mencapai 48 dan 43 orang. Lebih dari separuhnya, atau sekitar 22.356 orang, bekerja di industri tekstil, garmen, dan alas kaki.
Data yang dihimpun Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa awan gelap masih menyelimuti sektor tekstil Indonesia. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauzia mengungkap alasan maraknya ekspansi di sektor TPT.
Ida menjelaskan, banyak faktor yang membuat industri TPT rentan. Misalnya, kemerosotan ekonomi suatu negara berarti kurangnya pesanan untuk industri ekspor.
“Iya tentu situasi ini membuat banyak perusahaan yang melakukan ekspor karena kondisi perekonomian negara sedang kurang baik, pesanan semakin berkurang,” kata Ida saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024). .
Ida juga mengatakan, banyak perubahan gaya perdagangan yang terjadi dan tidak bisa dikejar oleh industri. Selain itu, katanya, banyak industri tekstil yang belum mengenal teknologi terkini dan efisien.
Mereka juga menangani masalah impor barang. Menurutnya, pasar dalam negeri yang besar harusnya menjadi peluang. Menurut dia, proses pembelian produk lokal dan pengurangan produk impor harus digalakkan di masyarakat.
“Kami berharap dapat memberikan peluang bagi pasar Indonesia dengan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan. Kami berharap dapat mengurangi produk impor dan mempromosikan produk dalam negeri,” kata Ida.
Pihaknya selalu menyerukan PHK sebagai upaya terakhir bagi pengusaha. Komunikasi antara pekerja dan pengusaha harus diutamakan dalam menghadapi PHK.
“Pemecatan itu harusnya yang terakhir, kita harapkan yang terakhir. Kita terus melakukan perundingan dengan pengusaha dan pekerja,” kata Ida. (hal/fdl)