Denpasar –
Bali dikecam oleh media asing karena meramalkan akan terjadi pariwisata ekstrem atau booming pariwisata. Thok Bagus Pemayun, Kepala Dinas Pariwisata Bali, membantahnya. Dalam artikel berjudul “Bukankah Bali Itu Apa?” Inilah yang dilakukan oleh pariwisata berlebihan terhadap pulau ini,’ prediksi Channel News Asia, seraya menambahkan bahwa suasana di Bali tidak lagi damai dan bebas seperti dulu. Pariwisata Bali atau ledakan wisatawan disebut-sebut akan menimbulkan kemacetan dan permasalahan lainnya.
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) mendefinisikan overtourism sebagai dampak pariwisata terhadap suatu destinasi atau bagian dari destinasi tersebut yang terlalu memengaruhi persepsi kualitas hidup penduduk lokal atau kualitas pengalaman wisatawan yang berkunjung.
Pemayun memperkirakan sebaran pariwisata Bali belum merata. Ia mengatakan meskipun Bali Selatan sangat sibuk, keadaan di Bali Utara lebih damai. “Bali secara umum belum banyak mengalami pariwisata. Salah satu permasalahannya saat ini adalah konsentrasi wisatawan di daerah tertentu, salah satunya di Bali bagian selatan yaitu Kuta, Nusa Dua, dan Sanur,” kata Pemayun saat diwawancarai. Selasa detikTravel. (23/04/2024) Bali Selatan merupakan salah satu kawasan di Bali yang sedang mengalami lonjakan wisatawan. Pemayun menjelaskan masuknya wisatawan disebabkan beberapa faktor, yakni terkonsentrasinya fasilitas dan pelayanan di Bali Selatan. Dia mengatakan, pembangunan yang tidak merata terjadi karena regulasi. Padahal, fasilitas dan pelayanan saat ini terkonsentrasi di Bali Selatan. Dari sisi regulasi, Bali Selatan termasuk salah satu kawasan yang diperbolehkan membangun fasilitas pariwisata. Dari sisi permintaan, saat ini dominan mencari pantai di Bali Selatan. Bali Selatan,” kata Pemayun. Dinas Pariwisata Bali berencana membubarkan kerumunan wisatawan.
Pemayun mencatat, persoalan kedatangan wisatawan di banyak daerah menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah, akademisi, hingga pemangku kepentingan pariwisata.
“Tentu saja kue-kue wisata ini harus didistribusikan secara merata ke seluruh Bali, agar tidak terkonsentrasi hanya di Bali bagian selatan,” ujarnya. Pamajun menawarkan strategi untuk memecahkan backlog wisatawan. Yakni fokus peningkatan atraksi wisata di luar Bali Selatan. Pengelola destinasi wisata disarankan menciptakan keberagaman dan meningkatkan kualitas. “Tentunya hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tarik wisata di luar Bali Selatan. Dalam hal ini, setiap daya tarik wisata harus mempunyai diferensiasi atau keunikan. Dan langkah ini sudah dilakukan,” kata Pemayun.
Untuk mendukung daya tarik wisata yang lebih baik, Pemayun dan tim mengambil langkah baru dengan mengembangkan model perjalanan agar tur wisatawan tidak hanya bisa ke Bali Selatan, tapi juga ke berbagai penjuru Pulau Dewata. “Kami mencoba membuat model perjalanan yang melayani pengunjung. Jadi wisatanya tidak hanya ke selatan, tapi juga ke barat, timur, utara Bali atau kantong wisatawan lainnya,” imbuhnya. Selain itu, Dinas Pariwisata Bali memfasilitasi aksesibilitas agar wisatawan tidak memadati Bali bagian selatan. Misalnya, dibangunnya jalan pintas di banyak daerah seperti Singaraja tentu akan memudahkan wisatawan berkunjung ke Bali Utara. “Untuk lebih merata di Bali Barat, Utara, dan Timur, dukungan aksesibilitas mutlak diperlukan. Misalnya untuk ke Singaraja atau Bali Utara, dibuat jalan pintas agar wisatawan bisa berkunjung dengan mudah,” tambah Pemayun. Ketika wisatawan berbondong-bondong ke Bali Selatan, pembagian “kue” wisata pun dimulai, kata Pemayun.
“Di Bali Utara, kami mulai mengambil kuenya dengan didirikannya taman hiburan dan pusat oleh-oleh. Bali Barat juga mendapat andil dengan membangun taman hiburan sekelas Disneyland dan bekerja sama dengan Paramount,” kata Pemayun. . Pemayun yakin solusi dan strategi yang diterapkan pasti bisa mengurangi kepadatan wisatawan di Bali Selatan.
“Bahkan dengan solusi mulai dari skema perjalanan hingga kemitraan di bidang pariwisata, kami berharap dapat mengurangi kepadatan wisatawan,” ujarnya. Pemayun berharap pemerintah, swasta, akademisi, tokoh masyarakat, dan media saling bahu membahu mengelola dan menyelesaikan masalah kepadatan pariwisata.
Saksikan video “Hidden Gem Bali: Ngopi Santai di Tebing Karang Boma” (Fem/Fem)