Jakarta –
Memulai bisnis apa pun memerlukan strategi untuk memastikan pendapatan berkelanjutan di masa depan. Selain itu, kebutuhan pasar yang berubah dengan cepat juga harus diantisipasi. Oleh karena itu, teknologi harus dijadikan sebagai solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan di masa depan.
Selain itu, sebagai seorang wirausaha juga harus bisa melakukan Supply Chain Management (SCM). Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar dengan cepat dan akurat.
58% perusahaan di Indonesia saat ini mengotomatiskan proses dan operasional rantai pasokan menggunakan teknologi seperti solusi SCM berbasis cloud, yang telah terbukti memberikan dampak positif terhadap pendapatan perusahaan.
Sekadar informasi, rantai pasok adalah suatu sistem yang mengkoordinasikan seluruh departemen dan fungsi, mulai dari sumber daya manusia (SDM) hingga logistik, hingga produk dapat dipasarkan. Karena Indonesia adalah negara kepulauan di mana bahan mentah dan produk jadi harus dikirim melalui darat, udara, dan air, manajemen rantai pasokan yang baik sangat penting bagi keberhasilan perusahaan.
Janssen Jumino, chief business officer (CBO) Maccarie, sebuah perusahaan perangkat lunak sebagai layanan (SaaS) yang menawarkan solusi SCM berbasis cloud, mengatakan kepada Maccarie Journal SCM bahwa manajemen rantai pasokan yang tepat membantu perusahaan meningkatkan pendapatan. Kendalikan biaya operasional, kurangi dampak volatilitas pasar, dan penuhi permintaan pelanggan dengan lebih cepat.
“Tren digitalisasi rantai pasokan semakin meluas secara global, karena teknologi telah terbukti meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan dan memantau proses di setiap tahap rantai pasokan. Khususnya, teknologi dalam bentuk “cloud-based” Solusi SCM” akan meningkatkan otomatisasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasokan sehingga perusahaan dapat merespons fluktuasi pasar dengan cepat. .
Ia menambahkan, solusi SCM dapat membantu perusahaan mengatasi tantangan yang biasa mereka hadapi, termasuk penjadwalan ulang volume pasokan dari pemasok ketika harga bahan baku naik dan manajemen inventaris ketika terjadi gangguan pasokan. Janssen berbagi tren digitalisasi rantai pasokan berdasarkan data Mecari yang terangkum dalam whitepaper Tantangan dan Peluang Rantai Pasokan di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin melakukan digitalisasi operasi rantai pasokan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan, 58 persen, telah menggunakan solusi SCM berbasis cloud untuk mengelola rantai pasokan mereka. Johnson menambahkan bahwa perusahaan lebih tertarik pada solusi SCM berbasis cloud dibandingkan solusi on-premise. Solusi SCM berbasis cloud memerlukan investasi modal dan biaya bulanan yang rendah, sehingga membebaskan perusahaan dari biaya pemeliharaan perangkat lunak dan infrastruktur mereka sendiri.
“Skalabilitas yang ditawarkan oleh solusi SCM berbasis cloud menghilangkan salah satu hambatan utama dalam adopsi teknologi, yaitu biaya implementasi yang tinggi. Oleh karena itu, solusi SCM berbasis cloud mempercepat adopsi teknologi oleh perusahaan-perusahaan di seluruh industri dan membantu mereka merespons permintaan pasar secara lebih dinamis,” dia berkata.
Perusahaan yang menggunakan solusi SCM berbasis cloud untuk mengelola rantai pasokannya melaporkan pertumbuhan pendapatan hingga 45% dibandingkan sebelum menggunakan teknologi ini. “Hal ini membuktikan bahwa penggunaan solusi SCM berbasis cloud memberikan hasil positif yang tercermin pada peningkatan pendapatan bisnis,” jelasnya.
Perusahaan sepakat bahwa tantangan utama mereka dalam manajemen rantai pasokan adalah mengurangi kenaikan biaya produksi dan logistik (43%), diikuti dengan membatasi dampak lingkungan dari operasi rantai pasokan (37%) dan mengurangi dampak gangguan eksternal seperti penundaan dan pasokan. . kurang (36%).
Dia mengatakan tiga tantangan lain yang dilaporkan perusahaan di Indonesia adalah permintaan konsumen, rendahnya permintaan pasar, dan terbatasnya visibilitas rantai pasokan.
Saat ini, sebagian besar perusahaan sedang dalam proses mengadopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses-proses utama dalam rantai pasokan. Hanya 6% perusahaan yang telah mencapai teknologi tingkat berikutnya yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola rantai pasokan.
Namun 43 persen di antaranya berencana mengadopsi teknologi tersebut dalam 2-3 tahun ke depan. Artinya potensi transformasi digital masih besar dalam tahap otomasi dan implementasi kecerdasan buatan, ujarnya. . Tambahan
Johnson menambahkan digitalisasi manajemen rantai pasokan akan terus berkembang seiring transformasi digital menjadi bagian dari perencanaan strategis jangka panjang di berbagai perusahaan. Kehadiran teknologi canggih seperti kecerdasan buatan menciptakan peluang baru bagi perusahaan untuk berkembang dalam bisnis dengan teknologi. Ia melanjutkan: “Perusahaan di Indonesia harus mempersiapkan diri untuk memanfaatkan teknologi masa depan.
Bagi perusahaan yang masih tradisional, fokus transformasi digital harus pada penerapan solusi digital yang mengotomatiskan proses bisnis inti. Bagi perusahaan yang sudah lebih maju karena penggunaan solusi digital, tugas selanjutnya adalah memperdalam penggunaan solusi yang ada untuk pengelolaan data otomatis. “Perjalanan menuju adopsi AI tentu panjang dan bertahap, namun dimulai dengan digitalisasi data dan proses untuk meningkatkan visibilitas. Setelah itu, otomatisasi terus berlanjut sehingga perusahaan dapat menggunakan kecerdasan di masa depan,” kata Jansen. (kg/kg)